Bandar Lampung (Lampost.co) — Dinas Perkebunan Lampung mendorong penerapan sistem budidaya pagar pada tanaman kopi robusta. Pola tanam intensif itu bisa mendongkrak produktivitas komoditas tersebut.
Kepala Dinas Perkebunan Lampung, Yuliastuti, mengatakan sistem budidaya itu memposisikan tanaman kopi dalam barisan rapat menyerupai pagar. Sehingga, jumlah populasi pohon di lahan bisa maksimal.
“Sistem pagar memungkinkan jumlah pohon per hektare meningkat hingga dua kali lipat dari rata-rata 2.000-2.500 batang,” ujarnya.
Menurutnya, keunggulan sistem pagar bukan hanya soal kepadatan tanaman dan meningkatkan produksi. Namun, turut memudahkan kegiatan pemangkasan, pemupukan, dan pengendalian hama.
“Asumsinya satu pohon menghasilkan satu kilogram sehingga produksi berpotensi naik menjadi 4 ton per hektare,” kata Yuliastuti.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Lampung, luas perkebunan kopi Lampung mencapai 152.507 hektare pada 2025. Hasilnya terdapat 138.000 hektare tanaman yang menghasilkan, 6.800 hektare belum menghasilkan, dan 6.800 hektare lainnya tergolong tua dan rusak.
Produksi kopi Lampung saat ini rata-rata sekitar 120.377 ton per tahun atau masih di bawah 2 ton per hektare. Meski begitu, sejumlah petani binaan membuktikan produktivitas bisa meningkat hingga 3,5 ton per hektare melalui teknik budidaya intensif.
Pihaknya mengalokasikan anggaran untuk pembangunan demplot sistem pagar di Lampung Barat dan Tanggamus. Lahan percontohan itu akan menjadi rujukan petani dalam menerapkan pola tanam pagar, penggunaan pupuk organik, hingga teknik pemangkasan.
Pemerintah juga mendorong petani menerapkan metode petik merah, menghindari penjemuran di atas tanah, serta memanfaatkan bantuan terpal, grinder, dan huller.
“Kami juga menyiapkan program hilirisasi kopi dalam bentuk pelatihan roasting, packaging dan perluasan akses pasar,” kata dia.