Bandar Lampung (Lampost.co) – Kebijakan pemerintah pusat terkait penyaluran Saldo Anggaran Lebih (SAL) senilai Rp200 triliun ke perbankan dinilai mulai menunjukkan dampaknya terhadap sektor perumahan di Lampung. Penyaluran dana tersebut mendorong perbankan semakin agresif menyalurkan kredit, termasuk untuk pembiayaan rumah subsidi maupun komersial.
Poin Penting:
- Pemerintah menyalurkan SAL Rp200 triliun ke perbankan.
- Kebijakan ini mulai berdampak positif pada sektor perumahan di Lampung.
- BTN Syariah mendapat tambahan kuota penyaluran kredit untuk masyarakat.
- Pembiayaan sektor properti di Lampung diproyeksikan tumbuh 19 persen pada 2025.
Branch Manager BTN Syariah Lampung, Asti Kumala Putri, mengatakan tambahan likuiditas dari kebijakan itu memberi ruang lebih besar bagi perbankan untuk memperluas akses pembiayaan kepada masyarakat.
Baca juga : Tren Pembelian Properti di Lampung Terus Tumbuh, Rumah Subsidi Jadi Favorit
“Setelah adanya kebijakan penyaluran SAL sebesar Rp200 triliun ke perbankan, kita (BTN) juga kebagian (kuota). Ini memberi peluang lebih luas untuk penyaluran kredit ke masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, kebijakan tersebut turut memperkuat optimisme di sektor properti. Asti memperkirakan pembiayaan sektor properti di Lampung akan tumbuh sekitar 19 persen pada 2025 di banding tahun sebelumnya, dengan tren peningkatan signifikan sejak September 2025 atau setelah kebijakan itu di terapkan.
“Saat ini kami agresif menyalurkan pembiayaan, baik di sektor perumahan subsidi, non-subsidi, maupun personal banking,” kata dia.
Asti menambahkan, tren permintaan rumah di Lampung kini meluas ke wilayah penyangga Bandar Lampung, seperti Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran. Akses transportasi yang semakin mudah berkat Tol Trans Sumatera menjadikan kawasan tersebut target baru bagi pengembangan perumahan.
“Penetrasi pasar di Lampung saat ini sudah meluas ke daerah penyangga. Daerah-daerah itu kini semakin ramai dan hidup. Dengan adanya tol, masyarakat bisa terhubung ke mana pun, termasuk ke Bandar Lampung, dengan waktu tempuh yang efisien,” kata dia.
Asti juga menyoroti perkembangan kawasan sekitar Institut Teknologi Sumatera (Itera) yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan baru. Ia meyakini, dukungan infrastruktur publik seperti selter transportasi akan segera hadir dan memperkuat konektivitas antarwilayah.
“Saya optimis pemerintah akan membangun fasilitas transportasi publik di sekitar Itera, sehingga akses ke lokasi kerja makin mudah,” tambahnya.
Selain mendorong sektor properti, pertumbuhan pembiayaan rumah juga menimbulkan multiplier effect yang luas bagi perekonomian. Asti menjelaskan, terdapat lebih dari 150 sektor turunan yang terdampak oleh aktivitas perumahan, mulai dari toko bahan bangunan, furnitur, hingga usaha jasa seperti laundry.
“Perumahan itu punya efek ekonomi berantai yang besar. Dari pembangunan satu unit rumah saja, banyak sektor lain ikut bergerak. Jadi dampaknya bukan hanya untuk masyarakat yang membeli rumah, tapi juga untuk pelaku usaha kecil di sekitarnya,” pungkasnya.








