Bandar Lampung (Lampost.co) – Pemerintah terus mendorong penguatan ekonomi syariah sebagai pilar pertumbuhan inklusif di Indonesia. Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar menjadi pusat ekonomi syariah global.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, mengatakan bahwa ekonomi syariah merupakan solusi strategis dalam memperkuat sektor UMKM dan ekonomi kerakyatan. Menurutnya, sistem ini berpotensi menjangkau seluruh lini usaha masyarakat.“Ekonomi syariah menyentuh banyak aktivitas usaha, mulai dari mikro hingga industri besar,” ujar Bimo, Rabu, 9 Juli 2025.
Bank Indonesia kini fokus membangun ekosistem ekonomi syariah melalui peningkatan literasi dan inklusi masyarakat. Salah satu strategi utama adalah memperkuat rantai nilai halal (halal value chain) yang tidak hanya berfokus pada produk akhir, tetapi juga proses produksi dari hulu hingga hilir.
“Kami ingin membentuk kesadaran bahwa halal itu bukan hanya label di produk, tetapi menyangkut proses, distribusi, hingga konsumsi,” tegasnya.
Tiga Sektor Unggulan
Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (DEKS BI), Imam Hartono, menambahkan bahwa pengembangan ekonomi syariah telah masuk dalam RPJMN 2024–2029. Tiga sektor menjadi prioritas utama yakni:
1. Halal Value Chain
2. Modest Fashion
3. Pariwisata Ramah Muslim
Ketiga sektor tersebut tumbuh positif sepanjang 2024 dan menyumbang 25,45% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. “Hanya tiga sektor ini saja sudah menyumbang seperempat dari PDB. Ini menunjukkan potensinya sangat besar,” jelas Imam.
Bank Indonesia juga menjalin kolaborasi lintas lembaga, termasuk dengan Kementerian Pariwisata, untuk memperluas pengembangan pariwisata ramah muslim. Imam menekankan pentingnya standar halal, thoyib, dan suci dalam ekosistem pariwisata berbasis syariah.
“Ramah muslim artinya fasilitas publik harus bisa dinikmati semua kalangan, dengan tetap memenuhi prinsip halal dan layak,” tutupnya.