Bandar Lampung (Lampost.co) — Lampung menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia. Sejumlah wilayah seperti Tanggamus, Lampung Barat, dan Way Kanan menjadi sentra utama produksi. Namun, produktivitasnya belum optimal untuk menjawab kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Pengamat Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Teguh Endaryanto, mengatakan produktivitas kopi di tingkat petani saat ini masih berada di kisaran satu ton per hektare. Angka tersebut masih cukup rendah dan perlu peningkatan.
“Memang harus ada dorongan untuk meningkatkan produktivitasnya. Saat ini masih satu ton per hektare dan harus bisa menaikkan misalnya sampai 1,5 ton per hektare, bahkan lebih,” ujarnya.
Ia menilai peningkatan produktivitas dapat dengan penerapan good agriculture practice yang lebih konsisten. Mulai dari cara budidaya yang baik hingga penguatan sumber daya manusia petani agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai.
“Dari sisi budidaya perlu peningkatan dan penguatan SDM agar bisa mengembangkan kopi, menaikkan produktivitas kopi itu berhasil,” ujar dia.
Selain budidaya, Teguh juga menekankan pentingnya dukungan regulasi dan kebijakan untuk memperkuat hilirisasi kopi Lampung. Ia menilai masih banyak penjualan kopi hanya dalam bentuk biji kering sehingga nilai tambah belum terasa maksimal di petani.
“Jangan sampai yang banyak terjual itu biji kopi yang baru petani keringkan. Tapi, harus ada nilai tambah, variasikan, misalnya bubuk kopi, lebih bagus lagi hilirisasinya. Ini yang perlu peningkatan,” kata dia.
Menurutnya, peningkatan produktivitas dan hilirisasi harus berjalan beriringan dengan penguatan industri pengolahan. Sehingga, rantai nilai kopi dari hulu hingga hilir dapat lebih kokoh dan berdaya saing.
“Kalau produktivitas sudah naik, hilirisasi dan industri kuat, sehingga pasarnya juga perlu penguatan,” ujarnya.
Perluasan Akses Pasar
Ia menambahkan, penguatan pasar menjadi langkah penting agar harga kopi tetap stabil. Perluasan akses pasar baik di dalam negeri maupun internasional menjadi kunci agar komoditas unggulan Lampung tidak mudah tertekan harga.
Teguh menegaskan, semua upaya tersebut tidak bisa terpisah. Sinergi antara pemerintah, stakeholder, hingga perguruan tinggi agar pengembangan kopi Lampung dapat berjalan menyeluruh dan berkelanjutan.
“Ini agar menjaga harga tidak jatuh dengan memperluas pasar. Sebab, kopi juga produk internasional dan aspek perdagangannya pun perlu penguatan,” katanya.