• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Iklan
  • Tentang Kami
  • E-Paper
Selasa, 03/06/2025 04:47
  • BERANDA
  • BOLA
  • TEKNOLOGI
  • EKONOMI BISNIS
    • BANK INDONESIA LAMPUNG
    • BANK SYARIAH INDONESIA
  • PENDIDIKAN
    • UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
    • UNILA
    • UIN LAMPUNG
    • U B L
    • S T I A B
  • KOLOM
    • OPINI
    • REFLEKSI
    • NUANSA
    • TAJUK
    • FORUM GURU
  • LAMPUNG
    • BANDARLAMPUNG
    • PEMKOT BANDARLAMPUNG
    • PEMPROV LAMPUNG
    • TULANG BAWANG BARAT
    • LAMPUNG BARAT
  • IKLAN PENGUMUMAN
  • INDEKS
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BOLA
  • TEKNOLOGI
  • EKONOMI BISNIS
    • BANK INDONESIA LAMPUNG
    • BANK SYARIAH INDONESIA
  • PENDIDIKAN
    • UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
    • UNILA
    • UIN LAMPUNG
    • U B L
    • S T I A B
  • KOLOM
    • OPINI
    • REFLEKSI
    • NUANSA
    • TAJUK
    • FORUM GURU
  • LAMPUNG
    • BANDARLAMPUNG
    • PEMKOT BANDARLAMPUNG
    • PEMPROV LAMPUNG
    • TULANG BAWANG BARAT
    • LAMPUNG BARAT
  • IKLAN PENGUMUMAN
  • INDEKS
No Result
View All Result
Home Ekonomi dan Bisnis

Harga Bahan Pangan Tak Kunjung Normal, Ternyata ini Penyebabnya

Effran by Effran
02/05/24 - 18:34
in Ekonomi dan Bisnis, Lampung
A A
Pedagang bawang di Pasar Tugu, Bandar Lampung.

Pedagang bawang di Pasar Tugu, Bandar Lampung. Dok Lampost.co/PKL

Bandar Lampung (Lampost.co) — Sejumlah harga bahan pangan di pasaran setelah Lebaran hingga saat ini tidak kunjung normal. Komoditas yang terus berfluktuasi itu mulai dari gula, kopi, bawang merah, beras, dan minyak goreng.

Pengamat Ekonomi Universitas Lampung, Asrian Hendi Caya, menjelaskan naik turunnya harga bahan pangan secara teori ekonomi karena permintaan dan penawaran yang berasal dari produksi.

“Saat penawaran sedikit, tetapi permintaan melebihi batas, maka harga barang akan naik secara signifikan dan berlaku sebaliknya,” kata Asrian, kepada Lampost.co, Kamis, 2 Mei 2024.

BACA JUGA: Stok Pangan di Bandar Lampung Diklaim Aman

Selain itu, bisa juga akibat berkurangnya jumlah produksi di tingkat petani. Hal itu karena gagal panen atau pengaruh iklim dan hama/penyakit. Naiknya biaya produksi, seperti pupuk, bibit, atau gabah juga turut berpengaruh terhadap harga jual.

Apalagi, saat hari-hari besar keagamaan yang siklusnya berulang, permintaan barang menjadi meningkat seiring kebutuhan.

“Bisa juga produksi tidak masalah, tapi karena gangguan distribusi. Misalnya, gangguan transportasi, jalan rusak, atau ada penimbunan stok dari pedagang nakal,” ujar dia.

Menurut dia, sistem tata niaga saat ini tengah mengalami transisi dari Bulog ke Bappanas. Hal itu juga dapat mempengaruhi kenaikan harga.

Penetapan komoditas strategis bukan suatu masalah, tetapi harus dalam pengendalian pemerintah. Terutama dalam sistem distribusinya agar keseimbangan harga tetap terjaga.

“Misalnya, pupuk bersubsidi harusnya terdistribusi secara tertutup dalam pengendalian pemerintah. Tapi, justru melalui agen dan pelaku swasta umum, bahkan jalurnya panjang mulai dari lini 1 sampai 4,” kata dia.

Tags: Harga PanganHarga Sembako
ShareSendShareTweet

Berita Lainnya

Kanit Tipiter Polres Lampung Timur IPTU Meidy saat mengantarkan burung langka yang dilindungi di SKW III Lampung Balai KSDA Bengkulu. Foto: Istimewa

Polisi Tangkap Warga Lampung Timur Penjual Burung Langka

by Triyadi Isworo
02/06/2025

Sukadana (Lampost.co) – Polres Lampung Timur mengamankan ED (40) warga desa Tulung Pasik kecamatan Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur. Ia...

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti (tengah) memberikan pernyataan pers mengenai penggunaan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) dalam penyaluran bantuan sosial periode Triwulan II/2025 saat jumpa pers di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Senin (2/6/2025). ANTARA/HO-BPMI Sekretariat Presiden.

Penyaluran Bansos Triwulan II/2025 Mengacu DTSEN

by Triyadi Isworo
02/06/2025

Jakarta (Lampost.co) -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebut penyaluran bantuan sosial (bansos). Pemerintah mulai periode Triwulan...

Tangkapan layar youtube Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat Provinsi Lampung mengalami deflasi sebesar 0,58 persen month-to-month (m-to-m) pada Mei 2025. Dok

Lampung Deflasi 0,58 Persen di Bulan Mei

by Triyadi Isworo
02/06/2025

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat Provinsi Lampung mengalami deflasi sebesar 0,58 persen month-to-month (m-to-m) pada...

Load More
Facebook Instagram Youtube TikTok Twitter

Affiliated with:

Informasi

Alamat 
Jl. Soekarno – Hatta No.108, Hajimena, Lampung Selatan

Email

redaksi@lampost.co

Telpon
(0721) 783693 (hunting), 773888 (redaksi)

Sitemap

Beranda
Tentang Kami
Redaksi
Compro
Iklan
Microsite
Rss
Pedoman Media Siber

Copyright © 2024. Lampost.co - Media Group, All Right Reserved.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BOLA
  • TEKNOLOGI
  • EKONOMI BISNIS
    • BANK INDONESIA LAMPUNG
    • BANK SYARIAH INDONESIA
  • PENDIDIKAN
    • UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
    • UNILA
    • UIN LAMPUNG
    • U B L
    • S T I A B
  • KOLOM
    • OPINI
    • REFLEKSI
    • NUANSA
    • TAJUK
    • FORUM GURU
  • LAMPUNG
    • BANDARLAMPUNG
    • PEMKOT BANDARLAMPUNG
    • PEMPROV LAMPUNG
    • TULANG BAWANG BARAT
    • LAMPUNG BARAT
  • IKLAN PENGUMUMAN
  • INDEKS

Copyright © 2024. Lampost.co - Media Group, All Right Reserved.