Bandar Lampung (Lampost.co) — Kantor Wilayah II Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), melakukan pemantauan perkembangan harga beras di Lampung mulai dari Januari-Maret 2024.
Kepala Kantor Wilayah II Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Kanwil II KPPU) Wahyu Bekti Anggoro mengatakan tim rutin memantau harga kebutuhan pokok.
Menurutnya, dari pantauan tersebut terjadi pergerakan harga. Terutama untuk komoditas beras mulai dari jenis medium hingga premium. Dari Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp13.900 per kg untuk jenis premium dan medium Rp10.900 per kg.
“Pada Minggu pertama Januari 2024, harga beras premium mengalami kenaikan Rp14.500 per kg. Lalu di Minggu ke dua hingga Minggu ke lima harga masih tetap. Namun terjadi peningkatan di Minggu pertama Februari menjadi Rp14.800 per kg,” ujar Wahyu Bekti Anggoro, Kamis, 14 Maret 2024.
Lalu harga beras premium kembali mengalami kenaikan di Minggu kedua Februari menjadi Rp15.900 per kg, di Minggu ketiga naik menjadi Rp17.000 per kg.
“Pada Minggu ke empat Februari mulai mengalami penurunan harga menjadi Rp16.600 per kg. Harga beras premium turun lagi di Minggu pertama Maret menjadi Rp16.000 per kg dan bertahan di Minggu ke dua Maret,” kata dia.
Begitu juga jenis medium, dari HET sebesar Rp10.900 per kg di Minggu pertama Januari naik menjadi Rp11.000 per kg. Dan harganya tetap stabil sampai Minggu ke lima Januari 2024.
“Sementara di Minggu pertama Februari 2024 harga beras medium melonjak naik menjadi Rp13.000 per kg. Kembali naik di Minggu ke dua hingga Februari mencapai Rp15.000 per kg,” ucapnya.
Harga Tertinggi
Kanwil II KPPU mencatat kenaikan tertinggi harga beras medium terjadi di Minggu keempat Februari – Minggu pertama Maret mencapai Rp15.900 per kg.
Sementara pada Minggu ke dua Maret harga beras medium mengalami penurunan harga menjadi Rp15.800 per kg.
“Tidak hanya beras, kami Kanwil II KPPU juga melakukan pemantauan harga pada barang kebutuhan pokok lainnya. Seperti, gula, telur, bawang, cabai, daging dan minyak goreng. Guna mengawasi lonjakan harga apabila terjadi indikasi persaingan usaha yang tidak sehat,” pungkas dia.