Krui (Lampost.co)–Harga beras mahal dan kekosongan stok di beberapa pasar menyulitkan masyarakat. Salah satu yang merasakan dampaknya yakni Satri (36), seorang pedagang es cincau keliling di Pesisir Barat.
Saat harga beras normal, Satria bisa menjual es cincaunya hingga satu tremos besar dengan harga Rp5 ribu untuk satu porsinya. Namun saat ini penjualannya berkurang cukup drastis akibat biaya kebutuhan masyarakat membeli beras membengkak.
“Biasanya mendapat uang sekitar Rp300.000. Tapi, sekarang sudah beberapa pekan ini sepi pembeli. Sampai jam 12 siang ini, belum juga laku setengah isi termos,” kata Satri kepada Lampost.co pada Senin, 19 Februari 2024.
Satri mengaku sudah berusaha maksimal berdagang es cincau keliling, namun kondisi saat ini memang sepi pembeli. Biasanya, jika dagangannya laku terjual semua, ia bisa membawa keuntungan sehari sekitar Rp150.000 sampai Rp200.000, yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan keluarganya.
Terpisah, Kabid Ketersedian Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pesisir Barat, Redi Destian mengatakan bahwa saat ini harga beras medium di pasar-pasar tradisional mencapai Rp16.000 per kilogram. Ia menampik bahwa persedian beras di Lampung Barat itu kekurangan.
“Harga beras medium di pasaran sudah tembus Rp16.000 per kilogram. Beras premium mencapai Rp17.000 per kilogram dan di tingkat penggilingan harga beras sudah di angka Rp14.500 per kilogram,” kata Redi.
“Ketersediaan beras kita masih mencukupi. Di pasaran masih cukup karena memang masih ada kiriman beras dari daerah lain seperti gabah dari Tanggamus atau beras dari Lampung Tengah,” tambahnya.
Redi mengakui bahwa panen padi baru akan dilakukan pada bulan April 2024, sehingga ada potensi kenaikan harga beras.
“Memang benar, rata-rata nasional termasuk kita baru tanam di bulan Januari. Jadi, tetap ada potensi kenaikan harga lagi,” tukas Redi.
(Yon Fisoma)