Bandar Lampung (Lampost.co) — Harga kedelai mengalami penurunan sejak dua pekan terakhir. Kondisi ini berdampak pada turunnya omzet penghasilan para perajin tempe di Kota Bandar Lampung.
Seperti yang terjadi kepada para perajin tempe di Jalan Danau Timoti, Gunung Sulah, Kelurahan Surabaya, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung. Kondisi ini berdampak pada menurunnya atau kehilangan omzet penghasilan seiring turunnya harga bahan baku kedelai.
Perajin tempe, Sumanteri mengatakan turunnya harga kedelai membuat produksi tempe melimpah. Sehingga banyak perajin yang kembali memproduksi dan dampaknya menyebabkan penghasilan perajin tempe menjadi berkurang.
Baca Juga:
Pemprov Lampung Target Tanam Kedelai 1.000 Ha di 2024
“Sebelum harga kedelai turun banyak para perajin tempe memilih tidak memproduksi. Tapi sejak harga kedelai turun sekarang banyak perajin tempe yang baru-baru mulai produksi,” ujarnya, Minggu, 20 Oktober 2024.
Sumanteri mengungkapkan akibat mulai banyaknya perajin tempe yang kembali memproduksi lagi, berpengaruh pada penghasilannya.
“Harga kedelai sebelumnya Rp12 ribu per kilo gram. Namun saat ini turun menjadi Rp10 ribu per kilo gramnya,” terangnya.
Untuk tetap bertahan, lanjutnya, terpaksa para perajin mensiasatinya dengan menambah volume tempe demi untuk bersaing di pasaran.
“Untuk mengantisipasinya agar tempe yang saya produksi ini laku di pasaran, ya dengan memperbanyak produksi tempenya,” ungkapnya.
Ia pun berharap kondisi harga kedelai ini kembali normal.
“Harga kedelai turun ini justru penghasilan omzet penjualan tempe saya menurun dibandingkan harga kedelai mahal,” tandasnya.