Bandar Lampung (Lampost.co) — Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel memastikan kebutuhan energi masyarakat di masa Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Hal itu lewat pasokan BBM dan LPG yang saat itu cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat.
“Masa Satgas Nataru ingin memastikan ketahanan stok dalam keadaan aman. Sehingga, distribusi tidak terganggu dan masyarakat dapat melaksanakan perjalanan mudik libur Nataru dengan nyaman dan tenang,” ujar Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Erwin Dwiyanto.
Dia mencatat, konsumsi jenis gasoline atau bensin selama masa satgas Nataru 2024-2025 bisa meningkat hingga 8,7%. Begitu pula konsumsi LPG 3 Kg yang dapat meningkat 4% dari konsumsi harian normal.
Sedangkan, konsumsi avtur akan ikut naik 18,7%. Namun, untuk BBM jenis gasoil atau diesel tidak mengalami perubahan signifikan dari konsumsi harian normal sebelum masa satgas.
Pertamina mencatat konsumsi rata-rata harian BBM bersubsidi jenis bio solar di Lampung pada November 2024 sekitar 2.016 KL per hari. Sedangkan, pertalite mencapai 1.710 KL per hari dan konsumsi harian LPG subsidi 3 Kg sekitar 721 metrik ton (MT) per hari.
Dia menambahkan seluruh infrastruktur dan sarana prasarana tengah siaga. Mulai dari 10 terminal BBM, 2 terminal LPG, 681 SPBU, 1.127 pertashop, 55 SPBE, 526 agen LPG, hingga 6 aviation fuel terminal.
Pihaknya juga menyediakan layanan tambahan BBM di jalur potensial, seperti jalur tol, wisata, dan lintas utama. Rute-rute tersebut memiliki tambahan 81 SPBU siaga, 108 outlet pangkalan LPG siaga, 7 unit Kiosk Pertamina siaga, 7 unit motorist, 14 unit mobile storage, dan 2 titik serambi MyPertamina.
“Kami berharap mudik Nataru berjalan lancar dan pemudik juga harus memperhatikan keselamatan serta menggunakan BBM sesuai peruntukan,” kata dia.
Skenario OKD Level 1
Sementara itu, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagse menyelenggarakan latihan simulasi organisasi keadaan darurat (OKD) Level 1 di Exit Tol Lematang, Lampung. Hal itu upaya meningkatkan keselamatan dan keamanan, serta kewaspadaan menghadapi risiko keadaan darurat sekaligus kesiapan menghadapi Nataru.
“Ini upaya bersama dalam mempersiapkan diri serta langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi kondisi keadaan darurat. Simulasi OKD itu juga untuk meningkatkan aspek HSSE (health, safety, security & environment) di lingkup perusahaan,” kata Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Erwin Dwiyanto.
Simulasi OKD tersebut dengan menjalankan berbagai skenario dalam situasi-situasi nyata yang bisa terjadi, seperti insiden mobil Skid Tank di Exit Tol Lematang, Lampung. Pihaknya juga melibatkan stakeholder setempat, yakni pemadam kebakaran, aparat setempat, dan pengelola jalan tol.
Simulasi OKD Level 1 dengan memanfaatkan teknologi informasi yang tersedia di perusahaan. Namun, simulasi kejadian tetap secara serius dengan menyesuaikan keadaan sebenarnya.
“Simulasi itu harus terus kami lakukan karena risiko pekerjaan pendistribusian energi, seperti BBM dan LPG sangat tinggi,” ujar dia.
Terlebih, pertamina merupakan salah satu perusahaan yang memiliki tingkat resiko operasi yang tinggi. Untuk itu, aspek keselamatan dan keamanan kerja menjadi prioritas utama untuk mewujudkan operational excellence.
“Kami senantiasa memastikan keamanan dan keselamatan seluruh infrastruktur energi untuk menjaga stok dan pendistribusian ke masyarakat,” kata dia.