Jakarta (Lampost.co) — Kesulitan ekonomi di Indonesia semakin terasa, terutama bagi masyarakat kelas bawah dari sisi daya beli masyarakat. Data terbaru menunjukkan perlambatan belanja masyarakat dalam sebulan terakhir.
Mandiri Spending Index (MSI) mencatat belanja masyarakat menurun menjadi 236,2 dalam seminggu. Anomali itu terakhir kali terjadi pada Maret 2020 saat awal pandemi Covid-19, di mana MSI turun hingga 58.
Secara historis, Ramadan menjadi momen puncak konsumsi masyarakat Indonesia. Biasanya, belanja meningkat sebelum bulan puasa, terutama untuk kebutuhan makanan dan minuman. Data menunjukkan mayoritas belanja masyarakat hanya terkonsentrasi pada kebutuhan primer, seperti makanan dan barang kebutuhan sehari-hari.
Penurunan belanja di sektor hiburan mengindikasikan daya beli masyarakat semakin lemah dan konsumsi hanya terfokus pada kebutuhan pokok.
Deflasi Dua Bulan Beruntun
Penurunan belanja berkontribusi pada deflasi yang terjadi selama dua bulan berturut-turut. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar -0,48% secara bulanan (mtm) dan -0,09% secara tahunan (yoy) pada Februari 2025. Deflasi itu menjadi yang pertama dalam 25 tahun terakhir. Padahal, menjelang Ramadan biasanya terjadi inflasi tinggi akibat meningkatnya permintaan barang dan jasa.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan deflasi Februari pengaruh dari diskon tarif listrik dan harga pangan yang stabil. Beberapa komoditas yang menyumbang deflasi antara lain tarif listrik, daging ayam ras, cabai merah, tomat, dan telur ayam ras.
Diskon tarif listrik yang berlaku selama Januari dan Februari 2025 memang menekan harga-harga. Namun, daya beli masyarakat yang melemah juga menjadi faktor utama turunnya konsumsi saat Ramadan. Kondisi tersebut yang terus berlanjut akan membuat pemulihan ekonomi bisa semakin terhambat.
Tren Belanda Masyarakat pada Februari – Maret 2025
- Porsi belanja restoran mencapai 20,2%, kembali ke level 20% untuk pertama kalinya sejak Oktober 2023.
- Belanja di supermarket meningkat menjadi 15,9%, dengan total belanja makanan dan minuman mencapai hampir 40%.
- Pengeluaran untuk olahraga, hobi, dan hiburan turun dari 7,7% menjadi 6,5%, menandakan masyarakat lebih fokus pada kebutuhan utama.
- Belanja kebutuhan rumah tangga naik dari 12,8% menjadi 13,1%.