Bandar Lampung (Lampost.co) — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki peran strategis dalam menekan ketidakcukupan konsumsi pangan. Selain itu meningkatkan kualitas pendidikan anak di Lampung.
Kolaborasi lintas sektor akan membuat program itu tidak hanya berfokus pada pemberian makanan. Namun, ikut berkontribusi terhadap peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) daerah.
Hal tersebut menjadi salah satu bahasan dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Survei Monitoring dan Evaluasi (Monev) MBG Tahap II Tahun 2025 di Ballroom Swiss-Belhotel Lampung, Senin, 27 Oktober 2025.
Kepala Bidang Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan Lampung, Suslina Sari, mengatakan MBG merupakan intervensi gizi dan pendidikan yang berjalan beriringan.
“MBG bukan sekadar memberi makan, tetapi intervensi gizi dan pendidikan secara simultan. Data BPS 2024 menunjukkan 10,68% penduduk Lampung masih mengalami ketidakcukupan konsumsi pangan, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Angka ini mempertegas urgensi program ini,” ujarnya.
Menurutnya, peningkatan gizi anak melalui MBG bisa berdampak langsung terhadap kesehatan, konsentrasi belajar, dan hasil pendidikan. Sehingga, mendukung peningkatan kualitas SDM jangka panjang.
“Tujuan MBG ini sebenarnya meningkatkan kualitas SDM secara holistik dan mendorong peningkatan IPM,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMDT) Lampung, Saipul, menekankan pentingnya sinergi dalam menjaga keberlanjutan program.
“Keberhasilan implementasi program MBG sangat bergantung pada sinergi lintas sektor bersama Satgas MBG. Untuk itu, survei BPS ini adalah langkah evaluasi krusial,” kata dia.
Ia menegaskan, penyelenggaraan MBG perlu terus ada evaluasi agar tujuan perbaikan gizi anak-anak tercapai secara nyata di lapangan. “Sinergi antarinstansi dalam pencegahan dan penanganan kejadian luar biasa seperti keracunan makanan juga harus meningkat secara konkret,” pungkasnya.








