Dia menjelaskan, saat ini dunia menghadapi era VUCA atau Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity. Yakni sebuah kompleksitas tantangan dengan pemicunya yaitu perkembangan digital seperti sekarang.
Baca juga: Menaker Targetkan Jaring Puluhan Ribu Pencari Kerja di Lampung Melalui PVP
Perkembangan dunia digital akan memicu hilangnya pekerjaan konvensional karena transformasi. Namun, perkembangan itu juga turut menciptakan pekerjaan baru yang membutuhkan kemampuan digital.
”Kurikulum di setiap program studi itu harus lebih memperhatikan aspek bagaimana kemudian mahasiswa itu bisa lebih berinteraksi menyiapkan diri dengan digital,” ungkapnya saat menyampaikan kuliah umum di Institut Teknologi Sumatera (Itera), Selasa, 21 Januari 2025.
Menaker Yassierli menyampaikan ada 3 hal yang mesti ada dalam kurikulum pendidikan untuk menghadapi VUCA, yakni, Artificial Intelligence (AI), Digital Access, serta Robot dan Autonomous System. Ketiga hal tersebut menurutnya menjadi faktor tranformasi digital.
“Kurikulum itu apapun program studinya lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi harus mengajarkan ini,” kata dia.
Menurutnya saat ini pekerja di Indonesia yang memiliki skill digital baru 19 persen. Bahkan untuk skill digital tingkat advance saja, hanya 6 persen pekerja yang memilikinya.
”Kita harus siapkan dari sekarang, karena 15 atau 20 tahun ke depan seperti apa dunia ini nggak ada yang tahu,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor Itera Prof I Nyoman Pugeg Aryantha dalam sambutannya menyampaikan, saat ini masyarakat dunia sedang dihadapkan dengan perkembangan teknologi. Hal itu menjadi tantangan bagi seluruh pihak terlebih perguruan tinggi untuk menyiapkan SDM yang unggul.
Dia mengatakan, perkembangan teknologi itu turut mendorong terjadinya disrupsi. Hal tersebut mendorong setiap orang harus memiliki skill digital untuk dapat bertahan.
”Ini adalah tantangan untuk kita, dan harus kita persiapkan agar dapat bersaing nantinya,” tuturnya.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News