Bandar Lampung (Lampost.co) — Warung Madura saat ini kian menjamur, tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi mulai menyebar di berbagai daerah se Indonesia. Toko kelontong tersebut tentunya menyediakan berbagai kebutuhan pokok dan tidak pernah sepi pembeli ini.
Kehadiran Warung Madura itu ternyata turut menjadi pesaing bagi minimarket hingga dapat menggerus pendapatan toko-toko modern tersebut.
Pasalnya, warung Madura memiliki keunikan tersendiri, mulai dari namanya, strategi penjualan, hingga ciri khasnya. Toko kelontong itu disebut warung Madura karena penjualnya merupakan perantau asli orang Madura. Usaha itu ternyata telah berlangsung secara turun-temurun.
BACA JUGA: Alasan Warung Madura Kian Menjamur di Lampung
Toko yang menyediakan kebutuhan masyarakat sehari-hari itu memiliki strategi tersendiri dengan buka selama 24 jam. Sehingga, menjadi tujuan masyarakat dalam membeli kebutuhan meski di larut malam.
Sejarah Warung Madura
Eksistensi toko tersebut berawal saat awal 1900-an terdapat banyak masyarakat Madura yang bermukim di Priok, sekitar pelabuhan Jakarta. Mereka berbisnis kayu Kalimantan dan berjualan bubur kacang hijau khas daerah asalnya.
Masyarakat Madura lebih gemar mencari rizki dari sebagai pelaut dan perantau ulung. Apalagi, warga tersebut mempunyai jiwa bisnis yang kuat sejak jaman penjajahan Belanda. Sebab, tanah di daerah asalnya sebagai wilayah tandus yang menyebabkan sektor pertanian kurang maju.
Sementara di Jakarta, mereka menjalani usaha yang tidak banyak orang minati, yaitu bisnis kayu dan barang bekas. Hal itu cukup membuat mereka sukses sebagai pedagang kayu pada 2000-an.
BACA JUGA: Warung Madura, Toko Kelontong yang Bisa Hancurkan Minimarket Modern Mulai Menjamur di Lampung
Usaha tersebut berkembang menjadi potongan kayu triplek dan meubel kecil-kecilan serta warung kacang hijau di sudut kota Jakarta.
Jiwa bisnis warga Madura akhirnya terus berkembang dan melebar kepada usaha toko kelontong. Bisnis itu menjual kebutuhan masyarakat sehari-hari secara lengkap, seperti kebutuhan pokok, makanan ringan, minuman dingin dan panas, obat-obatan, hingga bensin.
Warung itu cukup ramai pembeli sehingga terus buka selama 24 jam. Sedangkan, untuk berjualan selama pagi, siang, dan malam, mereka pun mengajak keluarganya ke Jakarta untuk ikut menjaga toko kelontong itu.
Usaha keluarga itu ternyata terus berkembang hingga kini dan menjadi ancaman bagi supermarket dan minimarket. Warung Madura yang kian menjamur pun saat ini telah tersebar di berbagai kota selain Jakarta, seperti Jawa Barat, Surabaya, dan Lampung.
Jumlah warung tersebut saat ini di kawasan Jabodetabek terus bertambah setiap tahunnya. Hal itu membuktikan usaha tersebut memiliki potensi besar dan sangat menjanjikan.
Bahkan, toko kelontong ini sempat viral di media sosial karena pemiliknya dapat membangun rumah bernilai miliaran rupiah dari omzet usahanya itu.
Sementara, pengusaha ritel besar yang merasa tersaingi bisnis kelas UMKM mulai mengusung cara yang tidak sehat. Hal itu dengan menuntut agar warung Madura memiliki batasan jam operasional dengan tidak lagi buka 24 jam.
Ciri Khas Warung Madura
Warga asli Madura memiliki ciri khas tersendiri dalam mengelola usahanya dari pada toko kelontong lainnya. Salah satu kunci kesuksesannya dengan pemilihan lokasi yang strategis. Bahkan, toko itu juga kerap berdekatan dengan minimarket.
Sebab, UMKM itu tidak takut dengan adanya minimarket di sekitarnya karena justru berperan sebagai alternatif bagi pembeli yang malas berbelanja di minimarket. Susunan barang dagangannya juga sangat rapih layaknya minimarket dan jauh berbeda dari warung pada umumnya.
Apalagi, barang di warung itu cukup lengkap dan tersedia selama 24 jam. Bahkan, ada perumpamaan yang menyebut warung Madura baru tutup saat hari kiamat.
Dari segi pendapatan, toko kelontong milik orang asli Madura ternyata bisa mencapai belasan juta rupiah, tergantung lokasi dan keramaian konsumennya.
Selain omzet yang tinggi, usaha itu juga memiliki modal yang besar, yakni sekitar Rp200 juta. Nilai itu untuk sewa ruko, belanja barang dagangan dan perlengkapannya.
Selain itu, strategi bisnis mereka juga saling bekerja sama antar warung guna mendapatkan barang dagangan yang belum dijajakan.
Fakta Menarik Warung Madura
Selain hal tersebut, warung Madura juga memiliki berbagai fakta menariknya. Melansir dari berbagai sumber, berikut ini sejumlah fakta unit dari toko kelontong milik orang asli Madura.
1. Punya banyak karyawan
Warung tersebut mempekerjakan banyak karyawan. Hal itu menjadi ciri khas tersendiri dari pada warung konvensional yang justru tidak memiliki pegawai.
Karyawan itu tentunya sangat perlu karena waktu operasional warung yang selama 24 jam. Para karyawan itu bekerja secara bergantian shift dan dengan sistem gaji.
2. Karyawan cantik
Selain banyak, karyawan warung itu juga berupa perempuan berparas cantik. Hal itu juga umumnya menyesuaikan diri dari kondisi tempat toko.
3. Penjaga memakai sarung
Bagi karyawannya laki-laki kerap menggunakan sarung saat menjaga warung. Penampilan itu sudah biasa terlihat dari warga yang berbelanja.
4. Milik satu keluarga
Warung kelontong Madura umumnya milik satu keluarga terdiri dari suami dan istri. Sehingga, kepemilikannya secara pribadi dan bukan sistem waralaba atau sejenisnya.
5. Harga lebih murah
Warung ini juga menjajakan berbagai kebutuhan sehari-hari dengan harga yang lebih murah dari toko kelontong pada umumnya, termasuk minimarket.
(PKL: Salsa Fadilah dan Deswita Embe Antika)