Bandar Lampung (Lampost.co)–Inspektur Provinsi Lampung, Fredy mengatakan mitigasi awal potensi bencana hidrometeorologi dinilai mampu menjaga ketahanan pangan. Mitigasi penting dilakukan mengingat curah hujan di Provinsi Lampung masih tinggi hingga Maret 2024.
“Bencana banjir perlu diantisipasi karena curah hujan tinggi, tadi disampaikan oleh BMKG. Curah hujan kita diprediksi akan tetap tinggi di bulan Mei, Juni, Juli, Agustus tetap,” ujarnya saat ditemui di Gedung Diskominfotik Lampung usai Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Senin, 5 Februari 2024.
Fredy mengatakan pemprov melalui organisasi perangkat daerah saling melakukan koordinasi, untuk menangani bidang pertanian akibat adanya potensi banjir karena curah hujan yang masih cenderung tinggi.
“Ada gangguan tanam di berberapa daerah. Tapi untuk gangguan panen itu di sekitar Tanggamus yang perlu diantisipasi,” jelasnya.
Pemprov Lampung maupun Pemerintah Pusat juga menyiapkan bantuan darurat apabila terjadinya kondisi puso. Terlebih kondisi inflasi Provinsi Lampung di bulan Januari 2024 lalu berada di angka 3,28 persen atau menurun -0,19 persen month to month (m to m) dan year to date (y to d).
“Jadi memang tetap (ada) inflasi, tapi angkanya rendah. Inflasi total 3,28 masih bisa dikategorikan normal,” kata dia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, kelompok komoditas yang menyumbang deflasi yaitu cabai rawit (-0,086%), cabai merah (-0,136%), daging ayam ras (-0,064%), telur ayam ras (-0,026%), dan ikan kembung (-0,023%).
“Beberapa hal yang mendorong deflasi adalah masuknya periode panen di Mesuji yang cukup besar. Selain itu, pemerintah semakin intensif melakukan sidak pasar, pengecekan di gudang distributor, dan juga operasi pasar komoditas cabai yang disubsidi sebesar Rp10 ribu/kg,” tutur Fredy.
Meskipun begitu, dia menyebut memang terjadi kenaikan harga pada komoditas beras, bawang putih, tomat, dan rokok kretek. Pemprov Lampung berkomitmen untuk melakukan penanganan terhadap kenaikan harga barang-barang tersebut.
Putri