Jakarta (Lampost.co) — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperingatkan tentang ancaman siber serius yang mengintai nasabah bank. Hal itu seiring meningkatnya digitalisasi di sektor perbankan Indonesia.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyoroti serangan siber. Termasuk pencurian data sensitif dan pembobolan rekening nasabah menjadi salah satu risiko utama di industri ini.
“Untuk itu, sektor perbankan sebagai fondasi perekonomian juga harus melindungi infrastruktur teknologi informasinya. Serangan siber tidak hanya berpotensi mengganggu operasional, tetapi juga dapat merusak reputasi bank dan mengancam stabilitas keuangan nasional,” ujar Dian.
Dian menekankan pentingnya peran Chief Information Security Officer (CISO) dalam memastikan keamanan operasional bisnis perbankan. CISO bertanggung jawab mengelola langkah pencegahan, perlindungan, dan mitigasi risiko terhadap Infrastruktur Informasi Vital (IIV) di setiap bank.
OJK menerbitkan regulasi untuk mendukung keamanan siber yang menjadi panduan bank dalam penyelenggaraan teknologi informasi. Di antaranya POJK Nomor 11/POJK.03/2022, SEOJK Nomor 29/SEOJK.03/2022, dan SEOJK Nomor 24/SEOJK.03/2023.
Regulasi itu bertujuan meningkatkan tata kelola TI agar bank dapat memitigasi risiko siber dengan optimal. Selain itu, bank juga diwajibkan memiliki kemampuan deteksi dini, pemulihan pasca-insiden, dan kematangan dalam pengelolaan teknologi informasi.
Kolaborasi OJK dan BI
OJK dan Bank Indonesia (BI) membentuk Tim Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan (TTIS SK) sebagai langkah konkret dalam melindungi sektor perbankan.
Tim itu bertugas mengelola dan menangani insiden siber dan melindungi data sensitif nasabah. Lalu menjaga kepercayaan publik dan meminimalkan dampak serangan siber terhadap stabilitas sistem keuangan.
Kolaborasi antara OJK, BI, dan pelaku usaha sektor keuangan (PUSK) menjadi kunci menghadapi kompleksitas ancaman siber. Sinergi itu memungkinkan berbagi informasi, pengalaman, serta penerapan praktik terbaik dalam mencegah dan merespons serangan siber.
Adopsi Teknologi Terkini untuk Perbankan
Dia juga menekankan pentingnya adopsi teknologi terbaru untuk memperkuat keamanan sistem perbankan. Langkah itu mencakup implementasi teknologi kecerdasan buatan (AI) dan blockchain, yang dapat memberikan perlindungan lebih baik terhadap ancaman siber.
“Sinergi dan inovasi teknologi adalah kunci membangun ekosistem keamanan siber yang tangguh. Kolaborasi seluruh pihak terkait dapat menciptakan sistem keuangan yang lebih aman dan terpercaya,” kata dia.