Bandar Lampung (Lampost.co) — Kebijakan pemerintah memberikan insentif terhadap tiket transportasi pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) sebagai langkah positif untuk menjaga daya beli masyarakat dan menggerakkan ekonomi daerah.
Namun, efek berganda dari kebijakan itu tidak sebesar periode sebelumnya karena kondisi ekonomi masyarakat yang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Ekonom Universitas Lampung, Marselina Djayasinga, mengatakan pasar domestik Indonesia masih tergolong kuat dan relatif tidak terpengaruh kondisi geopolitik global. Salah satu faktor penopangnya adalah tinggi mobilitas masyarakat yang mendorong perputaran uang hingga ke wilayah pedesaan.
“Pasar domestik masih kuat dan tidak begitu terpengaruh geopolitik. Salah satunya tertopang mobilitas, hari libur, dan lainnya yang membuat perputaran uang hingga ke desa,” ujarnya, Rabu, 22 Oktober 2025.
Ia menilai insentif transportasi pada periode Nataru menjadi langkah yang baik untuk menjaga momentum konsumsi masyarakat. Namun, dampaknya tidak akan sebesar tahun-tahun sebelumnya karena daya beli kelompok masyarakat tertentu sedang mengalami tekanan.
“Insentif untuk tiket transportasi di momen Nataru ini bagus. Namun, dampaknya memang tidak akan sehebat beberapa periode lalu. Kondisi saat ini, insentif transportasi murah dan kelas menengah ke bawah ini kondisi ekonominya sedang tidak baik-baik saja,” kata dia.
Menurutnya, kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah saat ini cenderung lebih berhati-hati dalam mengatur pengeluaran. Kecenderungan untuk menabung lebih tinggi daripada melakukan perjalanan atau konsumsi non-esensial.
“Sekarang mulai memprioritaskan untuk menabung di kondisi seperti sekarang ini. Jadi, kemungkinan besar yang akan memperoleh manfaat besar dari insentif itu justru kelas atas,” tuturnya.
Meski begitu, dia menuturkan kebijakan insentif transportasi tetap menjadi upaya penting untuk menjaga roda ekonomi tetap bergerak. Terutama di sektor jasa dan pariwisata. Hanya saja, multiplier effect tidak akan setinggi periode lalu.
“Bagaimanapun tetap usaha insentif ini memberi pengaruh, tetapi multipliernya tidak setinggi beberapa periode lalu,” kata dia.
Strategi Kebijakan
Ia menambahkan, pemerintah daerah juga perlu menyiapkan strategi untuk memaksimalkan peluang dari kebijakan itu. Terutama dalam meningkatkan kualitas destinasi wisata dan infrastruktur pendukung.
“Pemerintah daerah harus menyiapkan destinasi wisata, meningkatkan kelas dan standarnya agar lebih nyaman. Semua harus berbenah, dari destinasi sampai infrastruktur,” pungkasnya.








