Bandar Lampung (Lampost.co) — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung menilai data Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan empat kabupaten/kota di Lampung pada periode awal 2024 terkendali.
Diketahui pada Januari 2024 tercatat mengalami deflasi 0,19% (mtm), lebih rendah dibandingkan periode Desember 2023 yang mengalami inflasi 0,01% (mtm) dan rata-rata inflasi Desember pada 3 (tiga) tahun terakhir tercatat mengalami inflasi 0,34% (mtm).
Dilihat dari sumbernya, deflasi pada Januari 2024 didorong oleh melambatnya harga pada beberapa komoditas seperti: cabai merah -0,136%, cabai rawit -0,086%, daging ayam ras -0,064%, telur ayam ras -0,026%, dan ikan kembung -0,023%.
“Melambatnya laju peningkatan IHK Januari 2024 didukung oleh penguatan upaya stabilisasi harga aneka cabai dan penurunan harga aneka cabai dipengaruhi oleh masuknya periode panen di Mesuji dan sejalan dengan normalisasi permintaan pasca perayaan natal dan tahun baru,” ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Lampung, Junanto Herdiawan, melalui keterangan resminya, Jumat, 2 Februari 2024.
Selain itu juga sinergi stabilisasi harga TPID se-Provinsi Lampung pada Desember 2023 semakin intensif dengan pelaksanaan sidak pasar, pengecekan pasokan pada gudang distributor, serta pelaksanaan operasi pasar aneka cabai yang disertai pemberian subsidi Rp10.000/kg melalui realisasi dana BTT sebesar Rp40 juta.
Penurunan harga daging ayam ras dipengaruhi kondisi over supply (surplus 8.841 ton) seiring dengan peningkatan produksi korporasi besar.
Di sisi lain, pada Januari 2024 terdapat sejumlah komoditas yang mengalami inflasi, antara lain bawang putih 0,04%, kontrak rumah 0,03%, beras 0,03%, susu cair kemasan 0,02%, dan cumi-cumi 0,01%.
Kenaikan harga bawang putih dipengaruhi oleh keterbatasan pasokan dari petani sejalan dengan kondisi cuaca yang tidak menentu di tengah permintaan yang cenderung stabil. Di samping itu kenaikan harga bawang putih juga turut didorong tingginya harga di tingkat importir yang bisa mencapai Rp38.500/kg.
Lalu kenaikan kontrak rumah sejalan dengan tren historisnya dimana kenaikan didorong oleh penyesuaian harga pada awal tahun. Kenaikan harga beras didorong oleh masih berlanjutnya faktor demand pull dari pulau Jawa namun dengan intensitas yang lebih rendah sejalan dengan penurunan intensitas El Nino, serta pergeseran panen raya pada akhir triwulan I 2024.
Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan inflasi IHK gabungan empat kabupaten/kota di Lampung akan terjaga pada rentang sasaran inflasi 2,5±1% (yoy) sampai dengan akhir 2024.
Namun, diperlukan upaya mitigasi risiko-risiko sebagai berikut, antara lain dari inflasi inti berupa potensi kenaikan permintaan agregat yang didorong oleh realisasi belanja pemerintah dan pelaksanaan pemilu pada tahun politik, serta berlanjutnya penyaluran bansos.
Berlanjutnya ketidakpastian global seiring masih berlanjutnya tensi geopolitik berpotensi mendorong peningkatan harga emas dunia dan kenaikan UMP sebesar 3,16% pada tahun 2024 berpotensi mendorong peningkatan permintaan meski diprakirakan tidak akan begitu signifikan.
Nur