Kotabumi (Lampost.co): Pedagang di Pasar Pagi Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara mengeluhkan sepi pembeli. Cici, salah seorang pedagang di pasar setempat menilai menurunya daya beli masyarakat akibat pabrik tidak dapat menyerap hasil produksi petani dengan maksimal.
“Lagi sulit mas, pembeli aja sepi. Bagaimana kami mau dapat untung. Mereka (petani) yang menggarap perkebunan singkong, hasil panennya tidak bisa terserap pabrik. Dampaknya juga ke kita. Memengaruhi omzet pedagang,” ujar Cici kepada Lampost.co, Rabu, 5 Maret 2025, petang.
Baca juga: Omzet Turun, Pedagang Pasar SMEP Menjerit
Sepinya pembeli itu, menurutnya telah pedagang rasakan sejak beberapa pekan belakangan akibat berbagai faktor. Salah satunya ialah masalah tidak terakomodirnya hasil produksi singkong petani yang juga sempat viral di media daring.
“Akibat sulit petani menjual hasil singkongnya ke pabrik. Demikian juga sebaliknya, dari pengepul atau tingkat pengepul. Salah satunya itu, masalah sulitnya menjual hasil panen singkong petani. Padahal, ini sudah masuk umurnya,” terangnya.
Ari, salah satu petani singkong mengatakan hal tersebut menjadi tantangan tersendiri. Khususnya petani yang berusaha di bidang pertanian perkebunan singkong.
“Bagaimana mau menjual, kalau di pabrik saja antreannya panjang. Meski telah memasuki umur 11 bulan, tetap memilih belum kami cabut,” kata Ari.
Meski telah ada keputusan pemerintah, melalui Kementerian Pertanian yang telah menetapkan batas bawah pembelian dan refaksi. Namun, pada faktanya di lapangan pihak perusahaan masih tetap abai.
“Pada kenyataannya mereka (pabrik), tidak mau membeli sesuai dengan pakta integritas bersama,” tambahnya.
Sehingga petani memilih belum mencabut. Akibat sulitnya menjual hasil panen singkong.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News