Bandar Lampung (Lampost.co) — Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI)., Abdul Kadir Karding menegaskan pentingnya pengetahuan dan kesiapan masyarakat terkait migrasi tenaga kerja ke luar negeri.
Dalam kunjungannya ke Lampung. Ia menyoroti rendahnya pemahaman masyarakat yang menyebabkan banyak calon pekerja migran berangkat secara non prosedural.
“Masih banyak yang tidak memahami manfaat jangka panjang dari bekerja di luar negeri. Mereka pergi tanpa keahlian dan dokumen lengkap, sehingga berisiko tinggi mengalami eksploitasi. Tidak jarang mereka tidak memiliki kontrak kerja yang jelas dan berakhir seperti perjualbelikan,” ujar Karding, Rabu, 30 Juli 2025.
Kemudian Karding menyampaikan bahwa pekerja migran yang berangkat secara legal berpotensi membawa manfaat besar. Baik secara ekonomi maupun sosial. “Mereka membawa pulang ilmu, keterampilan, jaringan internasional, dan tentu saja penghasilan yang lebih tinggi,” tambahnya.
Selanjutnya untuk memperkuat perlindungan. Kementerian telah membentuk tim reaksi cepat dan desk pencegahan pekerja migran ilegal serta tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Selain itu, pemerintah bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk menindak para calo yang kerap menjadi penghubung jalur ilegal.
“Jika memungkinkan, para calo ini akan kami tangkap dan beri hukuman seberat-beratnya. Kami juga tengah melacak aktivitas mereka, termasuk wilayah Lampung. Jika ada masyarakat yang mengetahui, segera laporkan,” katanya.
Kemudian dalam upaya membangun sistem perlindungan dari tingkat desa, Kementerian meluncurkan program Desa Migran Emas. Menurut Karding, desa adalah titik awal keberangkatan migran sehingga perlu pendekatan struktural sejak dini.
“Kami melibatkan tokoh masyarakat, imigrasi, hingga TNI dalam proses ini,” jelasnya.
Data Warga
Sementara itu Walikota Bandar Lampung, Eva Dwiana, menyatakan dukungan penuh terhadap program pemerintah. Ia menyebut pihaknya aktif mendata warga yang menjadi pekerja migran, meskipun jumlahnya tidak besar.
“Kami tetap memantau dan berharap anak-anak Bandar Lampung tidak hanya sukses di luar negeri. Tetapi juga bisa membangun karier dalam negeri,” kata Eva.
Sementara itu, Founder Nusadaya, Radep Riyantoro, menambahkan bahwa lembaganya fokus pada pendidikan calon pekerja migran. Dengan harapan bisa memberikan peluang baik untuk masyarakat Lampung yang ingin melanjutkan impian ke negara lain.
“Kami ingin para CPMI dan purna migran menjadi tenaga kerja yang terdidik. Sejauh ini, 98 persen lulusan kami sudah bekerja, mayoritas di Malaysia, Eropa, dan Timur Tengah, khususnya sektor hospitaliti,” ujarnya.