Jakarta (Lampost.co) — Penjualan mobil di Indonesia yang turun belakangan ini memunculkan spekulasi akibat daya beli masyarakat sedang melemah.
Ahli moneter Cyrillus Harinowo, menilai tren itu bukan semata-mata karena faktor ekonomi. Namun, lebih dari dampak keraguan konsumen dalam membeli kendaraan di tengah perkembangan teknologi otomotif.
Cyrillus menegaskan penjualan sektor lain, seperti ritel, elektronik, dan properti, masih menunjukkan pertumbuhan yang positif. Penjualan mobil di Indonesia yang turun itu menjadi bukti daya beli masyarakat tetap stabil.
“Isu mengenai daya beli yang mempengaruhi penjualan mobil, saya kira tidak terlalu valid. Saya merasa penurunan penjualan lebih karena keraguan konsumen,” ujar Cyrillus di Jakarta.
Menurutnya, masyarakat saat ini sedang dalam fase wait and see terkait arah pengembangan teknologi mobil ke depan. Masifnya kampanye kendaraan listrik membuat banyak calon pembeli masih mempertimbangkan opsi terbaik sebelum memutuskan membeli kendaraan baru.
Pemerintah saat ini tengah menggencarkan transisi ke kendaraan listrik sebagai langkah utama untuk menurunkan emisi sektor transportasi sesuai dengan Perjanjian Paris. Namun, Cyrillus menilai selain mobil listrik, ada banyak opsi kendaraan ramah lingkungan yang bisa menjadi pilihan masyarakat.
“Kalau hanya melihat aspek emisi, mobil listrik memang unggul karena tidak mengeluarkan gas buang. Tapi, ada alternatif lain seperti mobil LCGC (Low Cost Green Car), mobil berbahan bakar etanol (flexy), hybrid, serta hidrogen yang juga dapat membantu mengurangi emisi,” ujarnya.
Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandy Julyanto, mengonfirmasi produsen otomotif kini menerapkan pendekatan multi-pathway. Strategi itu memberikan berbagai opsi kendaraan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat.
“Pendekatan multi-pathway sangat penting agar konsumen memiliki kebebasan dalam memilih kendaraan yang sesuai kebutuhan. Kami menawarkan berbagai pilihan, mulai dari kendaraan listrik, hybrid, hingga hidrogen,” kata Nandy.
Langkah itu diharapkan dapat mengatasi keraguan konsumen yang masih mempertimbangkan aspek teknologi, efisiensi, serta kesiapan infrastruktur sebelum beralih ke kendaraan berbasis listrik.
Dukungan Pemerintah
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mendukung penuh upaya industri otomotif dalam mengembangkan berbagai jenis kendaraan ramah lingkungan.
Direktur Jenderal EBTKE, Eniya Listiani, menegaskan Indonesia memiliki banyak sumber energi alternatif untuk mendukung sektor transportasi.
“Di sektor transportasi, kita bisa memanfaatkan berbagai sumber energi. Awalnya dari bahan bakar fosil, kemudian bergeser ke fosil rendah karbon, lalu kombinasi baterai (hybrid), etanol, biodiesel, dan hidrogen,” kata Eniya.
Dukungan pemerintah dan inovasi dari produsen otomotif diharapkan membawa industri kendaraan di Indonesia dapat terus berkembang dan menawarkan pilihan terbaik bagi konsumen.