Jakarta (Lampost.co) – Penjualan sepeda motor justru menunjukkan tren positif meski kondisi ekonomi Indonesia sedang mengalami perlambatan.
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) melaporkan adanya peningkatan penjualan motor pada tahun ini dan optimis dapat mencapai target penjualan hingga akhir 2024.
Ketua Umum AISI, Johannes Loman, mengaku situasi ekonomi dalam beberapa bulan terakhir memang tidak mudah. Namun, hal itu tidak menghalangi kenaikan penjualan motor.
Hingga Agustus 2024, pasar motor nasional tumbuh 3,1 persen secara year-on-year (YoY), mencapai angka penjualan 4,34 juta unit. “Tahun ini, penjualan YoY sampai 4,34 juta unit di tengah kondisi ekonomi yang sulit,” kata Loman.
Menurutnya, salah satu faktor yang mendorong peningkatan itu adalah efisiensi motor sebagai moda transportasi yang terjangkau bagi masyarakat. Selain itu, dukungan perusahaan pembiayaan yang stabil.
Loman optimis ajang pameran Indonesia Motorcycles Show (IMOS) 2024 akan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan penjualan. Pihak AISI menargetkan penjualan motor di Indonesia mencapai 6,35 hingga 6,45 juta unit hingga akhir tahun.
“Kami berharap pameran itu bisa membantu meningkatkan penjualan. Sehingga target AISI 6,35 juta hingga 6,45 juta unit per tahun dapat tercapai,” ujarnya.
Berdasarkan data AISI, penjualan motor mencapai 4.343.781 unit hingga Agustus 2024. Hal itu berarti dalam empat bulan ke depan, produsen motor perlu menjual sekitar 2 juta unit lagi untuk mencapai target tersebut.
Sinyal Lemahnya Daya Beli
Meski penjualan motor meningkat secara keseluruhan, kondisi ekonomi yang lesu terlihat dari beberapa indikator makro. Ekonom Senior INDEF, Tauhid Ahmad, menyebutkan deflasi yang terjadi belakangan menunjukkan penurunan daya beli masyarakat.
“Kondisi itu tercermin dari beberapa indikator, seperti penurunan harga pangan, penjualan semen nasional, hingga pengajuan kredit,” kata Tauhid.
Dia juga mengungkapkan meskipun penjualan motor secara tahunan meningkat, penjualan bulanan justru menurun pada Agustus 2024.
Data AISI menunjukkan penurunan 4,1 persen dari Juli ke Agustus 2024 yang menjadi sinyal melemahnya daya beli masyarakat untuk barang sekunder seperti motor.
Penurunan pengajuan kredit juga turut menjadi indikasi masyarakat mulai menahan diri dari pembelian barang non-esensial. Pengajuan kredit tercatat menurun 0,09 persen sedangkan YoY kredit mengalami penurunan 11,4 persen pada Agustus 2024 dari pada Juli 2024 yang masih mencatatkan 12,4 persen.
Penurunan kredit itu mencerminkan kontraksi daya beli di sektor-sektor yang biasanya mendorong konsumsi yang akhirnya berkontribusi terhadap deflasi.