Bandar Lampung (Lampost.co) — Pengamat Ekonomi Universitas Lampung, Asrian Hendicaya menilai bahwa pola konsumsi menjadi arah penentu peningkatan kebutuhan yang mengakibatkan harga bahan pokok cenderung naik.
“Memang saat ini sudah menjadi siklus ekonomi bahwa menjelang Nataru (Natal dan Tahun Baru), harga cenderung naik yang akibatkan pola konsumsi menunjukkan adanya peningkatan. Sehingga harga cenderung naik,” katanya, Jumat, 15 November 2024.
Menurutnya, agar tidak terjadi kenaikan harga, maka pasokannya harus terjaga. Artinya harus ada kepastian kelancaran distribusi dan pasokan di pasar.
Baca Juga:
Ini Strategi Pemkot Bandar Lampung Antisipasi Kenaikan Bahan Pokok
“Untuk itu pengawasan harus lebih ketat atas ketersediaan stok dan penyalurannya, jangan sampai ada penimbunan. Karena penimbunan bisa berimbas kepada kekhawatiran warga akan keterbatasan barang,” ujarnya.
Bahkan menurutnya, jangan sampai terjadi panic buying (beli di atas kewajaran untuk berbagai barang) yang menyebabkan lonjakan demand cukup besar. Sehingga akan berdampak pada kenaikan harga.
“Sebelum harga naik operasi pasar harus sudah diperbanyak frekuensi dan volumenya. Sehingga menjangkau lebih banyak dan lebih meluas di kalangan masyarakat,” jelasnya.
Sebab akan berdampak pada pengereman kenaikan harga dari penjual. Sehingga pembeli pun terkendali untuk tidak segera memburu sembako karena takut harga terus naik.
“Mengingat kita banyak pulau yang beragam kondisi produksi pangannya. Maka harus dijaga keseimbangan pasokan antardaerah karena bisa saling memengaruhi antardaerah,” katanya.
Menurutnya juga ketidakseimbangan bisa meluas yang berdampak pada meluasnya kenaikan harga. “Jadi kalau memang teratur pengiriman antardaerah, tak perlu ada impor juga bisa karena kita ini kan surplus pangan,” ujarnya.
Perlu Kajian
Sementara itu, Pengamat Ekonomi, Yoke Moelgini menilai Pemprov Lampung masih perlu mengkaji tata kelola pelaksanaan pasar murah atau operasi pasar.
“Yang harus dilihat penyalurannya, apakah benar yang beli itu orang yang benar-benar butuh. Karena biasanya orang yang beli adalah pedagang dan datang bersama keluarga untuk borong pasar murah,” kata Yoke.
Untuk antisipasi hal tersebut, perlu kerja sama dengan pamong desa untuk mendata masyarakat yang sudah membeli untuk tidak boleh balik membeli lagi.
“Ini bisa jadi langkah kecil membiasakan masyarakat jangan serakah, atau jangan timbun barang banyak-banyak. Jadi bisa adil, masyarakat yang tidak kebagian bisa dapat,” katanya.