Jakarta (Lampost.co) — Harga emas dunia (XAU/USD) berpotensi menguat pada pekan depan. Dalam beberapa sesi terakhir, logam mulia menunjukkan stabilitas di level tinggi seiring meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dan memanasnya situasi geopolitik global.
Pernyataan sejumlah pejabat The Fed yang cenderung dovish membuat pasar semakin yakin penurunan suku bunga akan segera terjadi. Ekspektasi tersebut menekan Dolar AS dan menurunkan real interest rate. Hal itu kondisi yang umumnya menjadi katalis positif bagi prediksi harga emas.
Ketika suku bunga turun, biaya peluang untuk memegang aset tanpa imbal hasil seperti emas juga berkurang. Hal itu membuat minat beli terhadap emas meningkat, baik dari investor individu maupun institusi besar.
Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai tren bullish emas masih solid selama harga tetap bertahan di atas level support penting.
“Selama harga tidak jatuh di bawah USD3.802, tren naik jangka menengah masih kuat,” ujar Andy dalam analisis hariannya.
Menurut dia, jika momentum positif berlanjut, harga emas berpeluang naik hingga kisaran USD4.500 per troy ons pada minggu depan. Namun, jika tekanan jual muncul dan harga menembus level USD3.802, peluang pelemahan ke area USD3.628 juga terbuka.
Secara fundamental, daya tarik emas terus meningkat sebagai aset lindung nilai dan diversifikasi portofolio. Banyak bank sentral di berbagai negara masih aktif membeli emas untuk memperkuat cadangan devisa sekaligus mengurangi ketergantungan pada dolar AS, sebagaimana tercermin dalam berbagai prediksi harga emas.
“Ketegangan geopolitik, inflasi yang belum mereda, dan turunnya kepercayaan terhadap dolar mendorong pembelian emas terus meningkat,” kata Andy.
Faktor Tambah Penguat Harga
Data pasar juga menunjukkan tren pelemahan indeks dolar (DXY) yang menjadi faktor tambahan dalam mendukung penguatan harga emas. Di sisi lain, kondisi ekonomi global yang belum stabil.
Terutama akibat konflik, gangguan rantai pasok, dan ketidakpastian kebijakan perdagangan. Hal itu mendorong investor beralih ke aset aman seperti logam mulia, mendorong optimisme dalam prediksi harga emas.
Namun, volatilitas jangka pendek bisa meningkat menjelang rilis data inflasi dan keputusan suku bunga The Fed pekan depan. Jika The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, koreksi harga emas berpotensi terjadi.
“Selama harga masih bertahan di atas USD3.802 dan sentimen dovish The Fed berlanjut, tren bullish tetap dominan. Emas akan tetap menjadi pilihan utama investor global di tengah ketidakpastian ekonomi dunia,” tutup Andy dengan optimisme terhadap prediksi harga emas di masa mendatang.








