Jakarta (Lampost.co) — Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengajak seluruh pemangku kepentingan bahu membahu meningkatkan produksi pangan dalam negeri dan menjaga kesejahteraan petani.
Arief mengatakan performa produksi pangan dan pendapatan petani dalam negeri di tengah kondisi baik. Hal tersebut berdampak pada ketersediaan stok yang stabil di hilir dan program intervensi pemerintah ke masyarakat bisa berjalan optimal.
“Petani adalah pahlawan pangan. Mereka berada di garis terdepan dalam menyediakan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan petani adalah kunci dari ketahanan pangan nasional. Jika petani sejahtera, maka produksi pangan akan meningkat,” ujar Arief.
Untuk itu, semua pihak harus mendukung upaya-upaya peningkatan produksi yang kementerian teknis lakukan. Tentunya dengan dukungan BUMN yang berfokus pada sektor pangan, seperti Bulog, ID FOOD dan Pupuk Indonesia.
Dia menegaskan, upaya peningkatan produksi di hulu berkaitan erat dengan dinamika penyerapan dan harga di hilir. Sehingga, pemerintah selama itu terus membangun sinergi dan keterhubungan tersebut selama itu.
“Harga beras di tingkat produsen, misalnya berpengaruh dari harga gabah di tingkat petani. Sehingga, dalam menaikkan HPP gabah yang sebelumnya Rp4.250 per kg naik menjadi Rp5.000 per kg, dan terakhir naik Rp6.000 per kg,” ujar dia.
Hal itu dikeluarkan setelah mempertimbangkan biaya pokok produksi yang dibahas bersama stakeholder pangan, termasuk petani.
Untuk itu, kebijakan tersebut lahir dari kondisi faktual di lapangan. Sementara di hilir, penyerapan produksi petani dalam negeri juga terus didorong dengan mengoptimalkan peran BUMN pangan sebagai offtaker.
Kesejahteraan Petani
Dia melanjutkan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan petani bisa dengan melihat pergerakan nilai tukar petani (NTP).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari tahun ke tahun NTP mengalami kenaikan. Sedangkan pada 2019, NTP tahunan berada di angka 100,90.
Kemudian 2020, NTP tahunan menjadi 101,65. Selanjutnya di 2021 terus naik menjadi 104,64 dan pada 2022 NTP petani berada di angka 107,33. Terakhir NTP secara tahunan di 2023 berada di 112,46.
Sementara pada 2024 NTP juga mengalami kenaikan dan saat Agustus 2024 NTP petani tercatat 119,85 atau naik 0,20% dari NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP karena indeks harga yang petani terima (It) naik 0,08%.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, mengatakan kesejahteraan petani harus menjadi fokus utama untuk mendorong peningkatan produksi.
Ia juga mengapresiasi upaya Badan Pangan Nasional turut memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan petani yang melalui peningkatan nilai tukar petani.
Dia menyebut nilai harga pembelian pemerintah (HPP) terbilang cukup efektif untuk menaikkan usaha tani karena pelaku usaha juga mengacu pada HPP.
“Kalau dilihat saat itu NTP yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Kebijakan HPP cukup efektif dalam menopang NTP selama itu. Saya mengimbau bisa mempertahankannya. Kalau itu bisa dilakukan, petani tersenyum. Petani happy pasti akan berusaha dengan keras untuk meningkatkan produksi,” kata dia.