Bandar Lampung (Lampost.co) — Akademisi dari Universitas Lampung (Unila) Nairobi menyarankan agar kegiatan operasi pasar oleh pemerintah terlaksana pada pusat perbelanjaan tradisional. Bukan terlaksana pada halaman kantor atau instansi pemerintah.
.
“Kebijakan operasi pasar yang saya lihat operasi pasar ini pada kantor-kantot dan sebagainya,” ujar Nairobi, Senin 26 Februari 2024.
.
Menurutnya, hal ini akan berpengaruh kepada masyarakat yang menunjukkan bahwa ketersediaan barang kebutuhan pokok dalam kondisi tidak stabil. “Yang pada akhirnya membuat masyarakat semakin panik, menunjukkan bahwa barang itu langka,” kata dia.
.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila ini menjelaskan, pasar merupakan tempat yang strategis untuk menempatkan kegiatan tersebut, karena adanya penjual dan pembeli. “Karena pasar tempat bertemu penjual dan pembeli. Sehingga kedua pihak akan merasa berdampak,” ungkapnya.
.
Begitu juga dengan adanya penerapan antrian panjang oleh pusat perbelanjaan. Nairobi mengatakan, hal tersebut bisa terminimalisir dan terlayani dengan pembayaran digital.
.
“Pada saat ini nanti mendekati masa ramai berbelanja. Memang sengaja terjadi antrian panjang. Padahal seharusnya secara psikologis antrian panjang itu harus berkurang. Caranya dengan pembayaran sistem digital, berupa cashless atau casirless,” katanya.
.
“Kalau lancar pembayaran, masyarakat mengganggap barangnya ada. Sehingga akan menekan ekspektasi terhadap kenaikan harga,” pungkasnya.