Bandar Lampung (Lampost.co) — Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada kuarter pertama tahun 2024 mengalami kontraksi -1,24 persen quarter to quarter (q-to-q). Sementara bila ditinjau secara year on year (y-o-y), laju pertumbuhan ekonomi Lampung pada Q1 tahun 2024 berada di angka 3,30 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, distribusi dan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha pada triwulan I 2024 (y-o-y), tiga sektor teratas penyumbang tertinggi adalah pertanian dengan kontribusi 23,78 persen, meski mengalami kontraksi pertumbuhan -10,97 persen.
Kemudian sektor industri menyumbang 18,92 persen dengan angka pertumbuhan sebesar 6,51 persen. Serta sektor perdagangan berkontribusi terhadap PDRB sebanyak 14,66 persen dengan pertumbuhan 8,58 persen.
Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Lampung, Rinvayanti menyebut pihaknya sedang merumuskan strategi untuk mengakselerasi dan mengungkit pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung di tahun 2024.
Terlebih kondisi kontribusi sektor pertanian semakin menurun. Sehingga diperlukan strategi untuk segera diterapkan.
“Ini butuh dari hulu dan hilir. Pada sisi hulu kita tingkatkan produksi, dan ini membutuhkan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek),” ujarnya, Selasa, 14 Mei 2024.
Pada sisi hilir, peningkatan nilai tambah produk pertanian perlu dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi di industri pengolahan dinilai memiliki peran penting untuk mengoptimalkan sisi hilir.
“Dari hilir butuh industri pengolahan, butuh investasi untuk mendorong industri pengolahan dan penyerapan tenaga kerja untuk mendorong perekonomian,” kata dia.
Sejumlah Tantangan
Kepala Bidang Perencanaan Perekonomian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung, Ridwan Saifudin menjelaskan perekonomian Provinsi Lampung menghadapi sejumlah tantangan. Seperti deindustrialisasi prematur atau penurunan kontribusi sektor industri secara prematur. Pertumbuhan yang melambat akibat Covid-19 serta geopolitik dan pergeseran manufaktur ke jasa.
“Lalu disrupsi teknologi atau redefinisi lapangan kerja dan produktivitas SDM yang rendah dari sisi kualitas, keterampilan, serta penguasaan TIK,” jelasnya.
Transformasi ekonomi perlu didorong guna meningkatkan produktivitas, nilai tambah komoditas unggulan, serta daya saing daerah. Peran sektoral penting untuk mewujudkan transformasi yang optimal.
Kontribusi pada sisi penelitian dan pengembangan dibutuhkan untuk menciptakan sumber ekonomi baru. Kondisi infrastruktur perlu dikuatkan dengan meningkatkan realisasi jalan mantap serta aksesibilitas dan konektivitas antarwilayah.
“Di sektor pendidikan harus meningkatkan mutu sistem pendidikan serta link and match antara pendidikan dan dunia kerja,” tuturnya.
Kemudian pembenahan pada sektor perdagangan dan UMKM meliputi promosi perdagangan, meningkatkan daya saing UMKM, serta memperluas ekspor.
Peran pemuda juga strategis untuk menciptakan lapangan usaha melalui kreativitas serta menjaga kondusivitas wilayah.
“Optimalisasi sektor pariwisata juga perlu dilakukan melalui event dan pengelolaan destinasi wilayah dan promosi,” ungkapnya.
Sementara peningkatan sektor pertanian perlu digenjot dengan memaksimalkan produksi dan produktivitas serta mendukung hilirisasi hasil pertanian.
“Adapun arah kebijakannya yaitu melakukan hilirisasi produk unggulan pertanian, memberi prioritas dukungan di sektor produktif, melakukan percepatan pembangunan infrastruktur. Mendorong konsumsi rumah tangga, mendorong UMKM, pertumbuhan investasi, dan peningkatan PAD,” pungkasnya.