Bandar Lampung (Lampost.co) — Bank Indonesia menilai peran data hasil survei dan liaison penting. Ini dipakai sebagai dasar analisis dalam menentukan arah kebijakan ekonomi ke depan. Terutama data terkait harga pangan, properti, hingga persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang terus berkembang di tengah dinamika global.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lampung, Bimo Epyanto, mengatakan para responden selama ini berperan aktif mendukung pelaksanaan survei BI.
Kontribusi responden tidak hanya membantu BI dalam mengumpulkan data. Mereka juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat luas, terutama dalam menjaga kestabilan ekonomi daerah.
“Partisipasi para responden sangat penting dalam mendukung pengumpulan data. Data ini tidak hanya bermanfaat bagi BI, tetapi juga bagi masyarakat luas,” ujar Bimo, saat Temu Responden di Hotel Grand Mercure, Rabu, 12 November 2025.
Kegiatan itu menjadi momentum untuk memperkuat sinergi antara BI dengan para mitra strategis dalam pengumpulan data ekonomi yang akurat dan relevan. Sebab, hasil survei dan liaison menjadi fondasi penting dalam proses analisis kebijakan ekonomi.
Data dari berbagai sektor mampu memetakan kondisi ekonomi secara lebih komprehensif. Hal ini termasuk tren harga pangan, pergerakan harga properti, hingga persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi.
“Data terkait harga pangan, harga properti, serta persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi menjadi komponen penting. Ini berguna untuk pengendalian inflasi, pengukuran daya beli, dan variabel ekonomi lainnya,” kata dia.
Ketepatan Arah Kebijakan
Bimo menambahkan, data yang valid dan terukur dari lapangan sangat berpengaruh terhadap ketepatan arah kebijakan, baik di tingkat daerah maupun nasional. Kualitas kebijakan sangat bergantung pada validitas data yang terkumpul melalui survei dan komunikasi aktif dengan para pelaku ekonomi.
“Tanpa dukungan data lapangan yang valid, kebijakan bisa meleset dari kebutuhan nyata masyarakat. Oleh karena itu, sinergi dengan para responden sangat strategis,” jelasnya.
Selain membahas peran penting survei dan liaison, kegiatan temu responden juga diisi sosialisasi bertema Cerdas Berbelanja di Era Digital: Menghindari Penipuan Online. Materi tersebut karena meningkatnya potensi kejahatan keuangan di era digital. Hal itu seiring makin luasnya penggunaan layanan keuangan berbasis teknologi.
Dia mengingatkan perkembangan teknologi menghadirkan risiko baru seperti penipuan digital atau scam yang marak terjadi dan dapat menimbulkan kerugian besar. “Kerugian finansial akibat kejahatan cukup besar dan mengejutkan secara statistik,” pungkasnya.







