Jakarta (Lampost.co) — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan Sumatera menjadi wilayah dengan potensi energi baru terbarukan (EBT) terbesar di Indonesia. Potensi EBT di Sumatera mencapai 1.240,64 gigawatt (GW) atau setara dengan 34 persen dari total potensi nasional hingga akhir Desember 2024.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menjelaskan sumber energi hijau berasal dari berbagai jenis, mulai dari tenaga air, surya, angin, hingga energi laut.
“Sebetulnya, jika berbicara tentang lumbung EBT di Indonesia, maka Pulau Sumatera menjadi yang terbesar dengan kontribusi 34 persen,” ujar Eniya.
Di posisi kedua, Pulau Jawa menyusul dengan potensi energi terbarukan mencapai 696,58 GW. Kemudian, wilayah Maluku dan Papua mencatatkan potensi 518,46 GW, serta Kalimantan dengan kapasitas 517,53 GW. Sementara itu, potensi terendah tercatat di Sulawesi yang hanya memiliki kapasitas 257,36 GW.
Dari berbagai jenis sumber EBT, tenaga surya menjadi yang paling dominan dengan potensi mencapai 3.294 GW dan tenaga angin 155 GW. Sumber energi lainnya masih memiliki potensi lebih kecil, seperti tenaga air 95 GW, energi laut 63 GW, dan panas bumi 24 GW.
Namun, kapasitas pembangkit listrik yang terpasang masih tergolong kecil meski potensi EBT di Indonesia sangat besar, yakni hanya sekitar 0,39 persen dari total potensi yang tersedia.
Berdasarkan data Kementerian ESDM hingga akhir 2024, total potensi energi bersih di Indonesia mencapai 3.687 GW. Namun, kapasitas yang terpasang baru sekitar 14.883 megawatt (MW).
EBT Indonesia Bisa Bertahan 200 Tahun
Selain potensi energi terbarukan, Indonesia juga memiliki peluang besar dalam penyimpanan karbon.
Kementerian Investasi dan Hilirisasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan potensi penyimpanan karbon di Indonesia mencapai 577 giga ton. Jumlah itu dengan perkiraan dapat bermanfaatkan hingga 200 tahun ke depan.
Deputi Bidang Promosi dan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan, menjelaskan penyimpanan karbon itu dapat berguna untuk menyeimbangkan emisi karbon yang berasal dari pemanfaatan energi fosil, termasuk batu bara.
“Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan karbon hingga 577 gigaton dan dalam 200 tahun pun tidak akan terisi penuh,” kata Nurul.
Peluang besar itu juga membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mengembangkan bisnis carbon exchange. Ke depan, 30 persen dari potensi penyimpanan karbon akan ditawarkan kepada pihak asing. Sementara 70 persen lainnya untuk investor yang berinvestasi di dalam negeri.
Penyimpanan karbon juga bisa menjadi jaminan bagi keberlanjutan produksi listrik berbasis energi fosil. Pemerintah juga melakukan konsultasi dengan Uni Eropa dan mereka mengakui teknologi carbon capture and storage (CCS) merupakan salah satu solusi efektif untuk dekarbonisasi.
Daftar Wilayah Potensi Penyimpanan Karbon Terbesar
Berdasarkan catatan Ditjen Migas Kementerian ESDM, berikut daftar wilayah dengan potensi penyimpanan karbon terbesar di Indonesia:
1. North East Java: 100,83 Giga Ton
2. Tarakan: 91,92 Giga Ton
3. North Sumatera: 53,34 Giga Ton
4. Makassar Strait: 50,70 Giga Ton
5. Central Sumatera: 43,54 Giga Ton
6. Kutai: 43,00 Giga Ton
7. Banggai: 40,31 Giga Ton
8. South Sumatera: 39,69 Giga Ton
9. Kendeng: 30,64 Giga Ton
10. West Natuna: 13,15 Giga Ton
11. Barito: 12,05 Giga Ton
12. Seram: 11,58 Giga Ton
13. Pasir: 10,36 Giga Ton
14. Salawati: 8,75 Giga Ton
15. West Java: 7,22 Giga Ton
16. Sunda Asri: 6,52 Giga Ton
17. Sengkang: 4,31 Giga Ton
18. Bintuni: 2,13 Giga Ton
19. North Serayu: 1,55 Giga Ton
20. Bawean: 1,16 Giga Ton