Bandar Lampung (Lampost.co)– Swasembada pangan dan ketahanan energi dapat menjadi penggerak utama perekonomian Indonesia.
Pengamat Ekonomi, Asrian Hendi Caya, mengatakan saat ini juga, di Merauke, Papua sedang melakukan proyek pembangunan lahan sawah seluas 1 juta hektar.
Apabila hal itu terealisasi, maka Indonesia tidak perlu lagi melakukan impor beras dari negara luar.
“Dengan harga Rp 6.000 per kilogram, nilai ekonomi yang di hasilkan mencapai Rp 30 triliun rupiah. Belum termasuk dampak ekonomi yang lebih luas,” katanya, Senin, 21 Oktober 2024.
Selain itu lanjutnya, Papua juga sedang dalam proses untuk lahan 1 juta hektar guna pengembangan gula.
Asrian menyebut semua langkah ini harapannya dapat bergerak cepat, dengan target swasembada pangan tercapai dalam waktu 4-5 tahun.
“Manfaat dari pemanfaatan lahan tidur ini diharapkan tidak hanya membuka lapangan kerja. Tetapi juga memberikan nilai tambah bagi perekonomian daerah,” ungkapnya.
Asrian juga menekankan pentingnya industrialisasi dan hilirisasi produk pertanian. Terutama dalam konteks ketahanan energi.
Ketahanan pangan perlu berjalan seiring dengan penyediaan energi. Seperti pengembangan kelapa sawit untuk minyak makan dan biodiesel.
Ia juga mencatat bahwa sektor industri saat ini mengalami stagnasi. Terutama industri padat karya seperti tekstil dan sepatu.
Oleh karena itu, mendorong pertumbuhan sektor industri menjadi tantangan penting untuk menjaga stabilitas ekonomi.
“Fokus pada pengolahan hasil bumi dan pertanian, serta pengembangan teknologi informasi dan industri, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” pungkasnya.