Jakarta (Lampost.co)— Di bawah sinar matahari yang hangat, tukik -tukik kecil merayap menyusuri pasir pantai yang putih. Sirip Tungkai depannya yang mungil dan belum terlalu kuat, berkecipuk menyambut deburan ombak pantai Pulau Kelapa Dua. Hingga tubuhnya terombang-ambing timbul tenggelam ada yang terbawa menerjang arus menuju lautan lepas.
Cangkangnya yang berwarna hitam kecokelatan tampak timbul tenggelam di perairan. Setiap gerakan ayunan tungkai tukik kecil ini kecil melawan ombak adalah sebuah perjuangan, menghadapi rintangan demi bertahan hidup di habitat alami.
Pagi itu, sebanyak 35 tukik yang masih berumur 7 hari melepaskan kembali ke bibir pantai ke alam liar. Setelah menghabiskan waktu hidupnya berada hidup tenang di kolam penangkaran pasca menetas.
Penyu, sendiri yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Kini harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah kondisi lingkungan laut yang terus memburuk kurang kondusif.
Habitat alami mereka di Kepulauan Seribu. Mengalami degradasi yang signifikan, sehingga mengancam keberlangsungan hidup dan kelestarian spesies ini.
Salah satu spesies penyu sisik (eretmochelys imbricata) yang hidup di Kepulauan Seribu bahkan masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Hal ini akibat kerusakan habitat pantai dan hingga pengambilan penyu dan telurnya oleh pemangsa. Melihat kondisi ini, PHE OSES tergerak untuk menjalankan program konservasi penyu sisik.
Melalui program Tiga Perisai, akronim dari Mitigasi Perubahan Iklim dan Konservasi. PHE OSES fokus memperbaiki kerusakan lingkungan dan mpelestarian kan penyu sisik di Kelurahan Harapan dan Kelurahan Kelapa, Kepulauan Seribu.
Bersinergi Berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta (BKSDA DKI Jakarta), dan SPTN I & II Taman Nasional Kepulauan Seribu,
PHE OSES Perusahaan juga melakukan perbaikan fasilitas rumah penyu, sebagai media penetasan telur agar penetasan telur penyu dapat lebih optimal.
Hingga kini, tercatat lebih dari 15.71700 butir telur penyu sisik berhasil di temukan di selamatkan dari pemangsa dan memindahkan ke tempat lokasi konservasi untuk kemudian menetaskan.
Kesadaran Lingkungan
Kampanye kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat pun gencar melakukan. Tak tanggung-tanggung, program Tiga Perisai juga mendorong keaktifan partisipasi dan kepercayaan diri masyarakat.
Khususnya anak muda, untuk aktif dalam kegiatan konservasi. Buktinya, tahun lalu, Karang Taruna Unit 3 Pulau Sabira mengambil ikut berperan penting dalam syimposium penyu yang menggelar World Wildlife Fund (WWF) bersama pemuda Pulau Sabira.
Program rehabilitasi lahan kritis akibat abrasi pun ikut mewarnai Tiga Perisai. Terhitung sejak tahun 2019, sebanyak 130.000 batang mangrove dan 500 pohon kelapa tertanam di pesisir pantai Kelurahan Pulau Harapan, Pulau Kelapa dan Pulau Sabira.
Menurut Indra Darmawan selaku Head of Communication, Relations & CID PHE OSES, implementasi Tiga Perisai, yang sudah memasuki tahun kedua. Kegiatan ini mampu mendorong kepedulian masyarakat dan menumbuhkan semangat para pemuda untuk turut aktif dalam upaya konservasi alam.
“Bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nasional. Kami berharap program Tiga Perisai dapat memberikan kontribusi optimal dalam pelestarian lingkungan, mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya poin 13 (penanganan perubahan iklim) dan 14 (menjaga ekosistem laut). Tidak hanya itu, kami juga berharap rangkaian kegiatan yang ada dalam program ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk melakukan pelestarian alam,”, tutup Indra.