Bandar Lampung (Lampost.co) — Akademisi Agribisnis Pertanian Universitas Lampung, Teguh Endaryanto mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama turunnya harga kopi adalah karena persediaan kopi di pasar yang melimpah. Sementara permintaan tidak meningkat signifikan.
Ketika harga kopi naik tajam, biasanya karena tingginya permintaan sementara persediaan terbatas. “Namun saat ini dengan mulai bertambahnya stok di pasar dunia, harga kopi mulai menurun,” kata Teguh, Senin, 12 Agustus 2024.
Teguh menyebut ada peluang besar untuk meningkatkan nilai tambah kopi melalui peningkatan produktivitas dan kualitas hasil panen.
Produktivitas panen kopi saat ini berada di angka 1,2 ton per hektare dapat meningkat menjadi 2 ton per hektare.
“Kalau produktivitas ditingkatkan dengan harga saat ini di kisaran Rp58 ribuan, perkaliannya jadi banyak kan,” terangnya.
Teguh menegaskan bahwa peningkatan produktivitas dapat menerapkan praktik pertanian yang baik atau Good Agricultural Practices (GAP).
Petani perlu mendapat pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam hal pengolahan kopi, pemupukan, dan pembersihan ladang agar budidaya lebih baik. “Ini semua memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah,” jelasnya.
Ia meminta pemerintah dapat berperan aktif dalam memberikan pelatihan kepada petani, khususnya dalam teknik penanaman dan pengolahan kopi.
Menurutnya perlu ada pemahaman mengenai pentingnya pemetikan biji kopi yang matang sempurna (petik merah) dan cara penanganan hasil panen yang baik.
“Dengan pengolahan yang baik, kopi dapat mencapai grade tertinggi yang pada akhirnya akan menaikkan harga jualnya,” pungkasnya.