Bandar Lampung (Lampost.co)– Akademisi Agroteknologi dari Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Purba Sanjaya, menekankan pentingnya adaptasi petani terhadap perubahan iklim dengan memilih varietas padi yang toleran terhadap kondisi air yang minim.
Hal itu menyusul pengalaman El Nino yang mempengaruhi produksi pertanian tahun lalu. Petani kini di hadapkan dengan tantangan berbeda pada musim kemarau tahun ini.
Walaupun curah hujan masih ada dan tidak sekering tahun lalu, akibat La Nina. Pemilihan padi yang tepat menjadi kunci untuk menjaga produksi tetap tinggi.
“Tahun lalu, banyak petani mengalami kesulitan dengan varietas padi mereka karena kekeringan yang parah akibat El Nino. Tahun ini, dengan adanya La Nina, kita masih mendapatkan curah hujan. Namun, tetap perlu waspada terhadap kekeringan,” katanya, Senin, 5 Agustus 2024.
Ia menyebut untuk mengantisipasi kondisi ini, varietas padi seperti Inpari 38, Inpari 39, dan Inpari 41 menjadi pilihan yang di rekomendasikan.
Varietas ini terkenal mampu bertahan dan berproduksi meskipun dalam kondisi air yang terbatas.
“Pemilihan varietas yang tepat sangat penting agar petani tidak mengalami gagal panen maupun gagal tanam,” tambah Purba Sanjaya.
Selain itu, untuk lahan sawah yang airnya sangat sedikit. Ia menambahkan varietas padi gogo seperti Inpago 10, Inpago 11, dan Situ Bagendit dapat menjadi solusi alternatif.
“Padi sawah dan padi gogo memiliki perbedaan dalam hal kebutuhan air. Padi sawah di tanam di lahan yang terendam air, sementara padi gogo ditanam di ladang yang tidak membutuhkan banyak air,” jelas Purba.
Dengan memahami perbedaan ini, petani dapat menyesuaikan pilihan varietas padi sesuai dengan kondisi lahan dan ketersediaan air.
“Kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim adalah adaptasi dan pemilihan varietas yang tepat. Dengan demikian, kita dapat memastikan produksi padi tetap optimal,” tutup Purba Sanjaya.