Bandar Lampung (Lampost.co) — Warga Bandar Lampung mengeluhkan sulitnya memperoleh beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Salah satu warga Labuhan Ratu, Sari (40 tahun) mengaku cukup kesulitan dalam memperoleh beras SPHP pada lingkungannya. “Saya biasanya ke Pasar Perumnas dan Way Kandis, emang agak langka beras SPHP dari Bulog,” ujarnya, Senin, 14 Juli 2025.
Padahal menurutnya, beras SPHP memiliki kualitas yang baik dengan harga miring dan terjangkau bagi masyarakat. Kemudian ia berharap ada tambahan pasokan SPHP agar masyarakat bisa menjangkau produk dengan mudah.
“Berasnya emang bagus dan murah, tapi kalau susah dapetin ya sama aja. Jadinya lari ke beras premium,” katanya.
Kemudian sari menuturkan, terjadi kenaikan harga pada komoditas beras premium maupun medium. Kenaikannya mencapai Rp1.000 rupiah per kilogramnya.
“Sudah sekitar dua mingguan ini naik, premium tadinya Rp145 ribu per sepuluh kilo. Sekarang jadi Rp155 per kilogram,” ungkapnya.
Selanjutnya Sari juga mengungkapan rasa was-was mengenai isu beras premium oplosan. Pasalnya, cukup sulit untuk mengenali beras oplosan dengan hanya pengamatan kasat mata.
“Aku nggak bisa membedakan ya, agak sulit kalau kasat mata. Tapi kalau isu ini bener, ya pasti merugikan konsumen,” tuturnya.
Sementara itu Warga Way Kandis, Pratika (28 tahun) mengatakan, cukup sulit untuk mendapatkan beras SPHP. Terkadang, harga jualnya juga tak sesuai harga eceran tertinggi (HET).
“Iya, lumayan susah. Kalau ada berasnya juga kadang harganya nggak HET,” katanya.
Dirinya juga berharap kasus beras oplosan tidak terjadi pada lingkungannya. “Pernah denger soal beras oplosan. Semoga yang di tempat saya biasa beli beras nggak teroplos,” katanya.







