HANYA gara-gara acara tidak menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun, sejumlah pejabat di kepolisian dipecat. Gubernur hingga lurah diminta klarifikasi. Mengapa acara di Petamburan, Jakarta Pusat, Sabtu malam (14/11), mengabaikan prokes di tengah pandemi Covid-19.
Acara pernikahan putri pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab sekaligus menggelar kegiatan keagamaan. Tamu, undangan, jemaah yang hadir pada malam itu sebagian tidak mematuhi protokol pencegahan Covid- 19. Padahal keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi di negeri ini.
Mengapa anak-anak bangsa selalu lalai, tidak peduli, atau sengaja tidak mau tunduk dengan hukum protokol kesehatan? Angka kematian akibat terpapar Covid-19 terus meningkat. Apalagi Petamburan masih dalam wilayah Ibu Kota negara—masih menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Tapi mengapa warga tidak tunduk dengan peraturan. Tragis!
Akibat Petamburan tidak patuh, gerbong mutasi besar-besaran terjadi di kepolisian dalam hitungan hari. Tidak hanya kapolda Metro Jaya, kapolda Jawa Barat, kapolres Metro Jakarta Pusat, dan kapolres Bogor, juga puluhan kapolres di wilayah Jabodetabek menjadi target utama yang dicopot.
Pejabat Bhayangkara di Ibu Kota itu dinilai tidak bisa mengendalikan dan melarang acara yang secara kasat mata melanggar protokol kesehatan di tengah wabah virus corona. Jangan sampai acara di Petamburan malam itu membawa petaka untuk negeri ini! Petamburan memiliki sejarah masa lalu.
Asal Petamburan, menurut dosen Sastra Belanda Universitas Indonesia (UI), Lilie Suratminto, dari kata tambur. Dan tambur merupakan alat musik pukul berbentuk bundar atau genderang. Kala itu kegunaan tambur sebagai alat musik untuk mengiringi orang Eropa yang meninggal dunia pada masa penjajahan Hindia Belanda.
Dikutip Tribunjakarta.com, kata Lilie lagi, pemain musik yang memainkan tambur berasal dari orang Betawi. Setiap mengiringi orang yang meninggal dunia, para pemain biasanya memainkan alat musik trompet dan tambur. Bagi pelayat yang hadir pun tidak bisa sembarangan. Mereka berkelas.
Lilie juga menjelaskan nama Petamburan berasal dari keberadaan tempat pembuatan tambur untuk militer. “Orang militer juga perlu tambur,” kata dia. Petamburan sendiri berada kawasan di Kecamatan Tanah Abang.
Dalam buku 212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe yang ditulis Zaenuddin HM, bercerita, Petamburan masa lalu tempat permukiman penduduk yang banyak ditanami pohon jati. Kayu jati itu digunakan untuk membangun rumah dan membuat perabotan rumah tangga.
Penulis buku itu menceritakan, pada masa lalu di daerah tersebut juga ada seorang penabuh tambur yang sangat kesohor. Dia terkenal ahli menabuh tambur yang dipakai tentara Belanda. Suatu hari si penabuh tambur itu meninggal dunia, dan dimakamkan di bawah pohon jati. Karena itulah, banyak orang menyebut Jati Petamburan di kawasan tersebut.
Kini warga Petamburan lainnya, Rizieq Shihab membuat sejarah di tengah pandemi Covid-19. Mulai dari kedatangan Rizieq, 10 November 2020, tol menuju Bandara Soekarno-Hatta lumpuh berjam-jam. Kendaraan roda dua seenaknya masuk tol. Penerbangan terganggu serta fasilitas bandara rusak. Apalagi acara di Megamendung, Bogor, aparat tidak kuasa mencegahnya.
***
Seorang Rizieq—pimpinan Front Pembela Islam (FPI) bukanlah malaikat. Dia adalah manusia. Sama seperti warga negara lainnya yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menjaga kesejukan negeri ini. Rizieq harus jadi teladan bagi pencegahan Covid-19. Karena acara Rizieq sudah mengganggu kehidupan rakyat. Maka itu negara hadir ikut menyelesaikannya.
Rizieq sama seperti Wakil Ketua DPRD Tegal, Wasmad Edi Susilo. Wakil rakyat itu menjadi tersangka karena menggelar dangdutan di pernikahan anaknya yang melanggar protokol kesehatan. Akibatnya, kapolsek Tegal Selatan dicopot karena tak mampu membubarkan acara riungan Wasmad.
Acara Rizieq juga membawa petaka bagi dua kapolda dan dua kapolres. Mereka dicopot dari jabatan. Karena tidak mampu mencegah kerumunan massa di tengah wabah corona. Yang jelas, publik mengkhawatirkan bahwa kerumunan acara Rizieq dan Wasmad berpotensi menjadi klaster baru penularan Covid-19.
Hingga hari ini, Indonesia masih dalam darurat bencana kesehatan. Sangat wajar jika Gubernur DKI Anies Baswedan juga Gubernur Jabar Ridwan Kamil sebagai ketua Satuan Tugas Pencegahan Covid-19, diminta klarifikasi oleh aparat atas acara Rizieq di Petamburan dan Megamendung.
Perhelatan itu diduga melanggar protokol kesehatan. Tapi mengapa acara kerumunan dibiarkan aparat! Rakyat sudah menderita selama sembilan bulan sejak Maret 2020, karena pandemi corona. Dari menganggur akibat berhenti bekerja, puluhan ribu meninggal dunia, hingga ratusan dokter dan tenaga kesehatan berguguran akibat menolong pasien terpapar Covid-19.
Tidak itu saja, jutaan pelajar dan mahasiswa masih setia belajar di rumah, sebagian pekerjaan kantor dilakukan dari rumah. Masyarakat pun tetap konsisten beribadah di rumah agar tidak tertular Covid-19. Perjuangan rakyat selama ini janganlah dinodai dengan acara-acara kerumunan yang mengatasnamakan identitas.
Ini yang belum disadari orang. Mereka masih mengabaikan protokol kesehatan. Bahkan, tidak peduli dan tetap melanggar peraturan. Geram dan dongkol dibuatnya. Maka itu, Presiden Joko Widodo kembali menegaskan bahwa keselamatan rakyat di tengah pandemi Covid-19 adalah hukum tertinggi, sehingga protokol kesehatan harus ditegakkan secara tegas.
Presiden tidak mau aparat hanya sekadar mengimbau. Mendagri, Kapolri, Panglima TNI, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 harus menindak tegas bagi pihak yang melanggar peraturan. Dan yang kendur hanya karena iming-iming duit dan fasilitas. Pelanggar mendapat panggung. Mendapat angin segar tetapi merekalah membuat rakyat menderita!
Negara hadir. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo, Mendagri Tito Karnavian menaikkan bendera peringatan keras bagi kepala daerah dan aparat keamanan di daerah. Acara kerumunan massa dilarang keras! Buntutnya, 83 kepala daerah mendapat teguran dari Tito. Jika perlu dicopot, Pak! Mereka sudah tidak menjadi teladan lagi.
Hargai nyawa tenaga medis yang sudah melayang akibat memerangi Covid-19. Dan sangatlah sia-sia perjuangan dokter dan perawat yang meninggal dunia jika kerumunan massa tetap dibiarkan. Ingat! Tidak hanya dunia yang menghukum pelanggar protokol kesehatan, juga Allah akan meminta pertanggungjawabannya di akhirat nanti.
Renungkan! Kegiatan yang mengatasnamakan identitas. Agama Allah ini—Islam tidak membuat kekacauan di bumi. Islam adalah agama rahmatan lil alamin bagi penghuni alam semesta. Agama mengajarkan kasih sayang, dan tidak menebarkan kebencian apalagi di tengah wabah penyakit menular (tha’un) Covid-19. ***