PENGGUNAAN alat pendeteksi Covid-19 Gadjah Mada Electric Nose Covid-19 atau GeNose C19 resmi jadi syarat perjalanan kereta api.
Hal itu tertuang dalam Surat Edaran (SE) Kementerian Perhubungan Nomor 11 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang dengan Transportasi Perkeretaapian dalam Masa Pandemi Covid-19.
“Penggunaan GeNose berlaku pada 5 Februari. Untuk penumpang bus hanya random checking,” ujar juru bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Adita Irawati, Selasa (26/1).
Aturan itu tertuang dalam poin keempat SE 11/2021, yang menyebut dalam pengendalian transportasi di bidang perkeretaapian bagi individu yang melakukan perjalanan dengan menggunakan moda transportasi tersebut wajib memenuhi persyaratan kesehatan bagi individu yang melakukan perjalanan.
“Menunjukkan surat keterangan hasil pemeriksaan GeNose test atau rapid test antigen atau RT-PCR yang menyatakan negatif Covid-19. Sampel hasil tes tersebut diambil dalam kurun waktu maksimal 3 x 24 jam sebelum jam keberangkatan untuk perjalanan kereta api antarkota di Pulau Jawa dan Sumatera,” tulis SE tersebut yang ditandatangani Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikar pada Selasa (26/1).
Aturan ini berlaku hingga 8 Februari. Dalam SE itu juga disebutkan penumpang tidak diperkenankan berbicara satu arah maupun dua arah melalui telepon ataupun secara langsung selama perjalanan.
Kemenhub juga meminta penumpang tidak diperkenankan untuk makan dan minum selama waktu perjalanan kurang dari dua jam, terkecuali bagi individu yang wajib mengonsumsi obat-obatan.
Pengamat transportasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Muslich Zainal Asikin mendukung penggunaan alat pendeteksi Covid-19, GeNose yang diberlakukan pada penumpang kereta api mulai 5 Februari mendatang.
Menurutnya, pemakaian GeNose akan menguntungkan masyarakat, karena harga yang dipatok dianggap murah sekitar Rp20 ribu per orang. Selain itu, sistem GeNose yang mendeteksi virus corona dalam waktu 50 detik dianggap efisien.
“Dengan penerapan GeNose yang kualitasnya setingkat dengan swab test atau PCR, lalu teknisnya lebih mudah dan praktis serta biayanya yang jauh lebih rendah. Beban masyarakat akan berkurang. Ini merupakan langkah yang positif,” ujar Muslich. (MI/S1)