PEKON Rigisjaya, Kecamatan Airhitam, Lampung Barat, sebagai salah satu desa wisata di kabupaten tersebut, kini terus berbenah. Pembenahan untuk menyambut penilaian anugerah desa wisata program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Peratin Rigisjaya Sugeng mengatakan saat ini pihaknya terus berbenah. Hal ini karena Pekon Rigisjaya sebagai desa wisata Kampoeng Kopi masuk data 50 besar hasil penilaian anugerah desa wisata se-Indonesia dari 1.500 peserta.
Pembenahan dengan menata sarana pekon terutama dari sisi kebersihan, keberadaan jalan dan fasilitas umum lainya. Ia berharap dalam penilaian anugerah desa wisata tersebut, Pekon Rigisjaya masuk 10 besar bahkan lima besar.
Terkait program dana desa (DD) Pekon Rigisjaya, tahun ini melalui melaksanakan program jambanisasi untuk warga. Program ini sekaligus untuk mendukung program ODF atau bebas buang air besar sembarangan.
Pembuatan jamban untuk 20 rumah yang pelaksanaannya melibatkan TNI. “Ada 20 rumah warga yang belum memiliki jamban. Untuk itu, melalui program ODF ini kami alokasikan dana desa untuk pembuatan jamban,” kata dia.
Melalui program ODF dan pembuatan jamban, maka saat ini status Pekon Rigisjaya sudah bebas dari buang air besar sembarangan karena seluruh masyarakatnya sudah memiliki jamban.
Rabat Beton
Selain pembuatan jambanisasi, melalui dana desa Pekon Rigisjaya tahun ini juga melaksanakan pembangunan rabat jalan lingkungan di Pemangku Rejosari sepanjang 200 meter dengan lebar 3 meter dan kedalaman 17cm. Pembangunan rabat jalan ini dikarenakan kondisi jalan lingkungan pemangku tersebut kondisinya selama ini masih tanah.
Selain fisik, pihaknya setiap tahun juga mengalokasikan dana untuk modal usaha bumdes sebesar Rp10 juta. Kegiatan usaha Bumdes Pekon Rigisjaya selama ini sudah berjalan yaitu usaha kopi olahan.
Selain kopi olahan, bersama Pokdarwis BUMDes juga mengelola wisata desa. Sebelum pandemi covid-19 BUMDes Pekon Rigisjaya ini sudah mampu menyumbang PAD rata-rata Rp12,5 juta/tahun. Namun sejak pandemi Covid-19 ini berlangsung jumlah kontribusinya menurun.
“Sejak pandemi ini terjadi, bumdes hanya mampu berkontribusi sebesar Rp5 juta/tahun ke pekon padahal sebelum pandemi jumlah kontribusinya ke pekon bisa mencapai Rp12,5 juta/tahun,” kata Sugeng. (ELI/E1)







