PENCAPAIAN vaksin Covid-19 di Indonesia yang telah memasuki angka 40%-an menjadi harapan besar Indonesia melangkah dari pandemi menuju endemi. Di sisi lain, pemerintah juga terus mendorong masuknya investasi agar dapat segera keluar dari keterpurukan akibat pandemi.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia masih legit bagi investor asing. Hal ini terlihat di era pandemi Covid-19, beberapa kajian survei lembaga menunjukkan tingkat penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) dunia turun 30%—40%. Namun penurunan investasi FDI di Indonesia tidak lebih dari 7,5%. “Artinya kepercayaan dunia ke Indonesia sebenarnya makin baik. Apalagi UU Cipta Kerja sudah kita implementasikan sekalipun belum maksimal,” kata Bahlil dalam webinar Trade, Tourism and Investment Forum, Kamis (21/10).
Pada 2021, Kementerian Investasi diberikan target untuk realisasi investasi Rp900 triliun. Sampai hari ini, telah terealisasi 49,6% dari total target.
Dari realisasi 49,6% ini, sebanyak 50,2% berasal dari penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) dan 49,8% merupakan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Dari 49,8% PMDN itu, komposisi penempatan investasi di Pulau Jawa dan luar Jawa, yaitu 49% berbanding 51%.
“Kekuatan investasi domestik kalau diurus dengan baik, akan cukup memberikan kesempatan lebar. Terbukti di 2020 lalu, ketika FDI sedang turun, ternyata yang menutupi kejomplangan itu adalah PMDN,” kata Bahlil.
Memang, Bahlil mengakui masalahnya masih banyak investasi yang sudah disepakati, namun tak lekas dieksekusi. Penyebabnya, berbagai persoalan seperti tanah, tumpang tindih kepentingan, dan lainnya.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, kini Kementerian Investasi mengawal investor end to end, dari hulu ke hilir, dan membentuk tim untuk mengecek satu per satu.
Investasi menjadi penting, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), karena pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021 sebesar 7,07% dikontribusikan terbesar oleh konsumsi dan investasi. Posisi tumbuhnya konsumsi pun telah mencapai puncaknya, maka tinggal investasi yang harus didorong.
“Kekuatan investasi domestik kalau diurus dengan baik, akan cukup memberikan kesempatan lebar.”
Sistem Kolaborasi
Kolaborasi antarkementerian sudah terimplementasi melalui Sistem Online Single Submission (OSS) dan kini sedang didorong pada hilirisasi sebagai bentuk penerjemahan transformasi ekonomi.
“Untuk hilirisasi. khususnya nikel, dan akan merambah ke material lainnya, bahwa tetap hilirisasi ini harus dijadikan industri yang minimal 70% nilai tambahnya masuk ke Indonesia,” kata Bahlil.
Lalu, terkait persoalan insentif dan kawasan industri, pemerintah telah menyiapkan kawasan industri di Batang, dengan tanah yang lebih murah dan perizinan diurus pemerintah. Investor yang melakukan investasi di luar Pulau Jawa akan diberikan insentif selama mendorong substitusi impor dan menciptakan nilai tambah produk. (MI/R3)