Bahasa

Sobih AW Adnan Wartawan Lampung Post NYARIS tidak ada bedanya manusia dengan hewan. Mereka makan, tidur, beraktivitas, begitu pun kita; para anak Adam. Di dalam literatur-literatur suci, misalnya Al-Qur'an, diferensiasi itu cuma ditemukan pada akal. Itu makanya, manusia pernah disebut tidak sebagai manusia, tetapi hayawanun nathiq, binatang yang berpikir. Ada banyak penanda keberadaan dan aktivitas akal dalam diri manusia. Salah satunya tutur kata alias pilihan bahasa yang digunakan. Meski sama-sama bisa berkomunikasi lewat kode-kode suara, algoritma komunikasi manusia yang dianggap lebih misterius justru menjadikannya sebagai nilai tambah. Bahasa manusia punya karakteristik khusus. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya bisa sampai delapan poin. Namun, yang paling dekat dengan pembahasan ini, sebagaimana yang diungkapkan filsuf bahasa asal Australia, Michael Devitt dan Kim Sterelny, adalah bawaan bahasa manusia yang mengandung stimulus kemerdekaan. Bahasa manusia disebut tidak tersusun atas sederetan rangsangan yang dapat diramalkan. Seorang manusia tidak bisa memperkirakan secara tepat apa yang ingin diucapkan si lawan bicara. Berbeda dengan sistem komunikasi hewan, ia terdiri atas sistem penandaan yang monoton dan dapat dikenali. Ambil contoh, oleh sebab tanpa akal, komunikasi burung memiliki serangkaian tanda yang pasti dan jelas. Masing-masing penanda itu memiliki fungsi, sebut saja panggilan terbang, alarm peringatan, atau ajakan lainnya. Amat wajar, jika bahasa sebagai corong dari fungsi akal yang dianugerahkan kepada manusia perlu dirawat, dijaga, dan terus dikembangkan. Salah satunya, melalui tahapan pendidikan. Di Indonesia, pelajaran bahasa secara formal dikenalkan sejak manusia lepas dari sebutan balita. Kurikulum bahasa sekilas tampak sepele. Dari sekolah dasar hingga bangku perkuliahan, terkesan memang itu-itu saja. Pembahasannya tidak jauh dari empat keterampilan, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Perkaranya, asupan keilmuan yang telanjur dituduh gampang bahkan kurang penting itu, tak juga lekas dipaham, apalagi diterapkan. Berkaitan dengan pasal "menyimak," betapa banyak dari kita yang masih membalas lawan bicara dengan kata "Hah?" sebagai penanda tidak sempat menangkap informasi yang diucapkan. Faktornya banyak, pikiran yang semestinya terkoneksi dengan prinsip-prinsip komunikasi malah sibuk melantur mengawang-awang, atau tersita gerak jemari di layar ponsel sendiri. Begitu pun "berbicara" dan "membaca". Sesuatu yang dididik berulang hingga sudah sepantasnya jadi kemampuan seluruh manusia itu malah menjelma keistimewaan. Ada orang-orang di tengah kita yang dicap hebat karena pandai ber-public speaking, sedangkan kita, masih belepotan. Apalagi "menulis". Tidak sedikit manusia Indonesia awam terhadap pagar-pagar "baik dan benar." Mereka lebih tergiur suka-suka. Padahal, pada 93 tahun lampau, tepatnya 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia dideklarasikan dengan bertaruh nyawa. Jadi, selamat Bulan Bahasa, hari permenungan agar manusia benar-benar berbeda dengan makhluk lainnya.[*]

Ada banyak penanda keberadaan dan aktivitas akal dalam diri manusia.

Teladan yang Hidup (Living Tradition)

Memikat Pemilih Datang ke TPS dengan Pakaian Adat

ricky marly

Memikat Pemilih Datang ke TPS dengan Pakaian Adat

Pemuda Tokoh Terdepan Menciptakan Inovasi

Sentra UMKM Dukung Perekonomian Masyarakat Bandar Lampung

PCR Jangan Menambah Beban

Delta Plus Incar Bervaksin & Penyintas!

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

Pendaftar Jalur SNBP Itera dan Unila Terus Bertambah

Perhotelan Turun hingga 50 Persen Akibat Efisiensi Anggaran

Panitia Universitas Tak Bisa Tangani Kasus Gagal PDSS

Efisiensi Anggaran ke Daerah Berlaku untuk DAK dan DAU

Eva Dwiana Resmikan JPO Milenial

Optimalkan Ekonomi Biru dan Hijau untuk Tingkatkan Kebijakan Fiskal

Penanganan Korupsi Berlanjut

Awasi Kebijakan Harga Singkong di Lapangan

POPULAR POST

Koran Digital Lampung Post, Edisi Jum’at, 30 Mei 2025

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 10 Juni 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Sabtu, 14 Juni 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi

Selamat Datang kembali!

Ambil kata sandi Anda