PEREMPUAN mana yang tidak ingin punya penghasilan sendiri? Tentu semua perempuan ingin memiliki hidup yang berkecukupan, bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan tentunya bisa membantu perekonomian keluarga. Seorang perempuan harus mempunyai penghasilan sendiri, tidak hanya menggantungkan nasib kepada suaminya.
Saat ini banyak perempuan memilih untuk berwirausaha dibandingkan hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Hal itu dibuktikan dengan data Badan Pusat Statisik (BPS) yang menyebutkan posisi UMKM dikelola perempuan sebanyak 64,5% dari total UMKM di Indonesia tahun 2018.
Walaupun di saat pandemi Covid-19, kondisi ini bisa menjadi ladang emas bagi para perempuan yang ingin mempunyai penghasilan lebih dengan berbagai kreativitasnya.
Salah satunya yang dilakukan Watinah yang merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Sadar Sriwijaya, Kecamatan Bandar Sribawono, Kabupaten Lampung Timur.
Watinah sebagai perempuan pelaku usaha industri makanan yang dimulai dari ketidaksengajaan hobinya membuat kerupuk untuk disuguhkan bagi para tamu dan pada acara-acara tertentu. Namun ternyata banyak tetangga dan tamu yang tertarik untuk membelinya, dan dari situlah mulai terbentuk bisnis kerupuk kecil-kecilan milik Watinah.
Saat itu bisnis kerupuk Watinah hanya dikelolanya sendiri baik dalam produksi dan pemasaran. Namun saat awal pandemi Covid-19 peminat produknya semakin banyak diminati sehingga Watinah mulai melibatkan anggota keluarga dan tetangga ke dalam bisnisnya, dan mulai membuat brand pada produknya yang diberi nama “Kerupuk Kojin.”
Melihat apa yang dilakukan Watinah ini bisa dikatakan sebagai seorang perempuan hebat. Selain bisa mengurus rumah tangga juga harus berkarier. “Karir tidak hanya bekerja di kantor mewah saja namun juga berkarier dengan kreasi,” ujar Watinah.
Watinah juga menambahkan bahwa seorang perempuan dari pada harus pergi ke luar negeri untuk mencari pundi-pundi rupiah dan harus meninggalkan keluarga, lebih baik berkarya di rumah sembari mendampingi keluarganya.
Sejak saat itu hingga sekarang bisnis Kerupuk Kojin milik Watinah semakin banyak diminati. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah namun pembeli menengah ke atas juga ada yang membeli kerupuknya, baik dengan pembelian berupa eceran maupun grosir.
Omzet per bulan yang didapat dari bisnis keluarga Kerupuk Kojin mencapai Rp10 juta per bulan. Sangat menakjubkan, seorang Watinah sang perempuan desa mempunyai penghasilan sendiri berkat karyanya dengan omzet yang luar biasa.
Watinah membuktikan bahwa menjadi perempuan wirausaha menyenangkan dan memiliki penghasilan, selain tetap bisa bersama keluarga juga bisa menikmati jeri payahnya bersama keluarga.
Dari cerita perjalanan suksesnya Watinah dengan Kerupuk Kojin, kita dapat mengikuti jejak langkahnya untuk menjadi perempuan hebat yang memperoleh penghasilan bagi keluarga kita sekaligus memperdayakan keluarga dan lingkungan sekitar. Apa yang dilakukan Ibu Watinah ini bisa menjadi salah satu contoh bahwa perempuan juga bisa menghasilkan rupiah dengan produknya. (*)
*Penulis:
Sefrita Nur Khabibah
Mahasiswa Magister Sains Agribisnis IPB