WARGA jalan Wan Abdurrahman, Kelurahan Sumberagung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung, Ahmad Rasman (58) mengikuti jejak orang tuanya sebagai seorang petani kopi.
Sejak kecil, ia terbiasa untuk ikut menanam, merawat, hingga memanen kopi, dan menjualnya dalam bentuk biji kopi.
“Saya bersyukur dapat membiayai sekolah kedua anak saya hingga lulus sarjana dari hasil panen kopi,” kata Rasman dalam rilis yang diterima Lampung Post, Jumat (18/3).
Awalnya sejak 1997, Rasman hanya menjual biji kopi yang dipanennya setahun sekali. Sayangnya, saat itu harga biji kopi semakin menurun, di mana setiap satu kilogram kopi setara dengan 2 kilogram beras. Rasman kemudian memutar otak untuk meningkatkan nilai tambah dari biji kopi tersebut, sehingga harga jualnya menjadi lebih tinggi.
Dia kemudian memiliki ide untuk membangun industri pengolahan kopi. Ia memulai dengan membangun fasilitas pengupasan kopi. Dengan fasilitas tersebut, petani kopi yang ada di wilayah Bandar Lampung, dapat memanfaatkan alat pengupas biji kopi milik Rasman dengan membayar upah enam kilogram kopi hijau yang belum dipanggang (green coffee) kepada Rasman setiap 1 kuintal pengupasan.
Sayangnya, biji kopi yang telah dikupas nyatanya belum mampu mendongkrak harga jual tanaman itu. Kemudian, Rasman membuka fasilitas penggorengan kopi (roasting) pada 1998. Ia melihat peluang besar terhadap fasilitas roasting tersebut, karena biji kopi semakin memiliki nilai tambah. Sejak itu, Rasman mulai mengurus legalitas usaha dan izin edar dari Departemen Kesehatan.
Pada 2022, izin edar untuk kopi bubuk Rasman dengan merek dagang “Kopi Bubuk Lampung Asli Gunung Betung” terbit dan dapat digunakan. Dengan adanya izin edar tersebut, penjualan kopi milik Rasman semakin meningkat.
Tidak hanya mendesain kemasan menjadi semakin menarik, Rasman juga membuka kedai kopi di kediamannya untuk konsumen yang ingin langsung menikmati kopi racikan Rasman.
Jika dengan menjual biji kopi Rasman hanya mendapatkan Rp22.000 per kg, maka ia akan memperoleh harga Rp60.000 per kg saat menjual kopi daam bentuk bubuk. Dengan demikian, Rasman berhasil mengintegrasikan industri olahan kopi dari hulu ke hilir. (RLS/D2)






