PEMERINTAH Kota Bandar Lampung didukung SNV Netherland Development Organisation mengembangkan pendekatan Kampung Hijau Terintegrasi untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat melalui pengelolaan sanitasi aman dan lingkungan. Piloting dilakukan di Kecamatan Teluk Betung Selatan, dengan 4 indikator utama yaitu sanitasi aman dan perilaku hygiene, pemanfaatan lahan pekarangan, pengelolaan sampah rumah tangga dan partisipasi masyarakat.
“Untuk merubah perilaku kuncinya adalah konsisten, dimana keberlanjutan itu ada di masyarakat sehingga bagaimana memastikan masyarakat punya inisiatif dan berdaya,” kata Asisten Tole Dailami dalam pembukaan Workshop Diseminasi Kampung Hijau “Kolaborasi Multipihak Dalam Pengelolaan Sanitasi Aman Untuk Mewujudkan Lingkungan Sehat dan Berkelanjutan” yang diselenggarakan di Hotel Yunna (9/11), Bandar Lampung.
Dalam Diseminasi itu, Camat Teluk Betung Selatan, Ichwan Adji Wobowo selaku pelaksana pilot Kampung Hijau menyampaikan, kegiatan ini diimplementasikan pada September 2021 dimulai dari 7 RT di 6 Kelurahan. Pada November 2022 sudah ada 15 RT yang ikut serta di Kecamatan Teluk Betung Selatan. Kegiatan ini telah mendorong terbentuknya 9 Bank sampah di 5 Kelurahan, Terbentuknya 2 kelompok pengelola prasarana (KPP) MCK Komunal, 5 RT di 5 kelurahan menginisiasi arisan sedot tinja, 7 rumah menyedot tangki septik, 4 rumah membangun tangki septik dengan stándar SNI, 3 demplot kebon komunal serta penataan dan penghijauan gang.
“Kuncinya adalah inisiasi itu berasal dari masyarakat. Masyarakat yang menemukan masalahnya, Masyarakat yang membangun dan masyarakat juga yang melunasi solusi dari rencananya. Inisiatif masyarakat ini yang harus didukung multipihak,” lanjut Adji.
Project Field Officer SNV sekaligus Koordinator Kampung Hijau, Iffah Rachmi menyatakan kegiatan kampung hijau bertujuan mengintegrasikan isu sanitasi dengan isu lingkungan lainnya sehingga lebih mudah diterima masyarakat dan juga menjawab beberapa tantangan sekaligus. Pendekatan kampung hijau adalah kolaboratif dan partisipatif sehingga semua pihak dapat berperan.
Workshop yang dihadiri oleh berbagai stakeholder dari pemerintah, Baznas, universitas, swasta, media, CSO, karang taruna, komunitas pemuda dan masyarakat. Para stakeholders diajak untuk berkolaborasi dan memetakan dukungan untuk keberlanjutan Kampung Hijau.
“Harapannya dari pilot yang ada, dapat menjadi model dan direplikasi ke kecamatan lainnya,” kata Azwar, Kepala Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan, Bappeda Kota Bandar Lampung. (RLS/O2)







