LAGU dan petikan gitar Ebiet G Ade pada acara pisah-sambut Kapolda Lampung, Selasa (21/8) pagi, membius tamu undangan yang hadir. Acara yang digelar di pelataran parkir Mapolresta Bandar Lampung itu mengingatkan kembali kenangan ketika penyanyi ayah Adera ini melantukan lagu Untuk Kita Renungkan juga Titip Rindu buat Ayah.
Pisah-sambut digelar dalam suasana kesederhanaan. Apalagi lagu yang dilantunkan penyanyi legandaris negeri ini–menggambarkan kejadian alam yang nyata serta kisah perjalanan hidup anak manusia. Ebiet sengaja didatangkan Irjen Suntana dari Jakarta untuk menghibur mitra dan kolega yang setia menemaninya sebagai kapolda di Bumi Ruwa Jurai.
Tugas
Suntana, yang kini mendapat amanah sebagai wakil kepala Badan Intelkam Mabes Polri itu, berjanji tidak akan melupakan Lampung. Daerah ini tempat dia berkarya dan mendekatkan diri dengan Sang Khalik. Selama tujuh bulan bertugas, seluruh kabupaten dan kota dikunjunginya. Bahkan, sampai tiga kali untuk memastikan kondisi Lampung benar-benar aman dan nyaman.
“Banyak kenangan di sini. Berbagai tokoh lintas agama, alim ulama, tokoh masyarakat, serta para santri serta pengasuh pondok pesantren menjadi teman yang setia–menjaga Lampung,” ujar Suntana. Lampung masa mendatang harus memiliki fondasi yang kuat, baik dari sisi kebijakan maupun pembangunan yang ditopang kamtibmas yang kondusif.
Prestasi dan torehan tinta emas dari buah karya Suntana itu diteruskan penggantinya Brigjen Purwadi Arianto. Banyak hal yang sangat positif, kata Purwadi, yang diletakkan seniornya dalam penanganan kebijakan kamtibmas yang bersifat preventif dan represif sesuai moto polisi profesional, modern, tepercaya (promoter). “Saya ini menjadi spesialis finishing Pak Suntana, baik di sini maupun juga di Polda Metro Jaya,” kata dia.
Gayung pun bersambut. Gubernur Lampung M Ridho Ficardo, yang hadir pagi itu, memberikan kesan yang sangat mendalam bahwa Suntana adalah sosok bhayangkara, memberikan inspirasi bagi kemajuan Lampung. Apalagi, sinergisitas anggota Forkopimda, termasuk jajaran kepolisian–menjadi modal utama dalam membangun daerah berkelanjutan.
Baca juga : https://lampost.co/epaper/kolom/refleksi/si-doel-inspiratif/
Ridho, yang juga warga kehormatan Brimob, menyampaikan rasa bangganya kepada bhayangkara, bahwa tanpa kerja keras tidak mungkin pembangunan bisa berlanjut. Tidak mungkin daya saing bisa terbangun, konektivitas bisa lancar, serta kesejahteraan bisa meningkat tanpa adanya stabilitas dan jaminan keamanan dari kepolisian dan TNI.
Sultan Kerajaan Adat Sekala Bkhak Saibatin Puniakan Dalom Beliau (SPDB) Pangeran Edward Syah Pernong juga memberikan apresiasi atas kinerja Suntana. Polda harus mengamankan dan menciptakan situasi kondusif, kata dia, ketika suhu politik kian tinggi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur dan Bupati pada Juli lalu.
Terkendali
Dalam situasi yang sangat krusial, Edward, yang pernah menjabat kapolda Lampung, melihat sosok Suntana mampu menjaga atmosfer yang penuh nuansa kompetitif menjadi tetap aman dan terkendali. Alhamdulillah, bola panas yang bergulir saat pilkada itu menjadi bola salju yang dingin dan menyejukkan. Orang Lampung mengatakan hanggum. Mengapa? Karena kualitas dan kredibilitas Suntana terlihat pada saat diberikan amanah.
Guru besar FISIP Universitas Airlangga, Bagong Suyanto, dalam tulisan Polisi yang Kasar dan Polisi yang Simpatik, mengutip Taylor (1967) dalam bukunya yang berjudul The Smiling Police. Isinya adalah keberhasilan polisi dalam menjalankan tugas ditentukan simpati dan kedekatan hubungannya dengan masyarakat.
Berbagai tokoh lintas agama, alim ulama, tokoh masyarakat, serta para santri serta pengasuh pondok pesantren menjadi teman yang setia–menjaga Lampung.
Artinya, kata Bagong, warga bhayangkara harus bersikap ramah, mampu menjalankan amanah dan tanggung jawab, serta mengayomi dan menjaga keselamatan anak bangsa. Sejak Jenderal Tito Karnavian menjadi orang nomor satu di kepolisian, berkali-kali dia menegaskan komitmennya untuk membangun citra polisi menjadi sahabat masyarakat.
Dalam HUT ke-72 Bhayangkara Juli lalu, Kapolri Tito Karnavian mengungkapkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri meningkat selama dua tahun terakhir meningkat. Penilaian itu, kata dia, dari beberapa lembaga survei baik nasional maupun internasional. “Polri yang pada 2016 termasuk tiga institusi paling tidak dipercaya publik. Kini, berdasarkan hasil survei dari berbagai lembaga berada pada tiga besar lembaga dengan kepercayaan publik terbaik,” ujar Tito pada puncak acara HUT Bhayangkara di Istora.
Kepercayaan Publik
Tito memaparkan pada survei yang dilaksanakan Litbang Kompas pada akhir Juni 2016 menunjukkan tingkat kepercayaan publik terhadap Polri hanya 63,2%. Setelah satu tahun pelaksanaan Program Promoter, survei Populi Center pada Agustus 2017 menunjukkan sebanyak 67,6% responden puas dengan kinerja Polri.
Selanjutnya, survei Litbang Kompas pada Oktober 2017 menempatkan Polri sebagai lembaga yang dipercaya peringkat ketiga teratas dengan tingkat kepuasan mencapai 70,2%. Mata publik kian terbuka ketika polisi gencar memerangi sindikat narkoba dan terorisme. Apalagi, kesigapan polisi memimpin Satgas Pangan yang memperkecil ruang gerak spekulan.
Kini, kepercayaan publik terhadap institusi polisi juga ada di Lampung ini. Mampukah Kapolda Brigjen Purwadi Arianto menaikkan peringkat tersebut, tetap bertahan, atau juga melorot? Polisi yang simpatik, dekat dan terus bersahabat dengan rakyat, adalah kunci jawaban untuk menaikkan tingkat kepuasan tadi. Selamat bertugas Jenderal. ***