Wandi Barboy Silaban
Wartawan Lampung Post
MARI mengenang Jaap Erkelens. Siapa dia? Mantan Kepala Kantor Koninklijk Instituut voor Taal, Land-en Volkenkunde (KITLV) Perwakilan Jakarta, yang berpulang pada 30 September lalu di Erasmus, Belanda.
KITLV adalah sebuah lembaga yang didirikan di Delft, Belanda, pada 4 Juni 1851. Pemrakarsanya adalah Jean Chretien Baud, seorang negarawan, Taco Roorda, guru besar bahasa-bahasa Asia, dan Gerrit Simons, seorang ahli fisika. Arti harfiah KITLV adalah Lembaga Kerajaan (Belanda) untuk Ilmu Bahasa, Bangsa, dan Negeri. Peran KITLV untuk Kerajaan Belanda adalah terutama di bidang pemahaman antarbangsa melalui penyebaran studi antropologi dan kesejarahan.
Memang tidak banyak awam mengenal namanya. Hanya orang-orang yang mencintai sejarah dan tenggelam dalam khazanah sejarah Indonesia modern nama Jaap Erkelens sedikit demi sedikit terkuak.
Jaap intens bergaul dengan para pelaku sejarah yang kerap tersingkir oleh rezim Orde Baru. Tidak heran, dia sesekali bertandang ke rumah sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer, beberapa waktu kemudian berdiskusi bersama Joesoef Isak, editor buku-buku Pramoedya, dan pada waktu yang berbeda dia sempat bercengkerama dengan Wiji Thukul, sang penyair sekaligus aktivis penentang rezim Orde Baru yang menghilang sampai sekarang.
Esais sekaligus jurnalis Goenawan Mohamad dalam akun X menuliskan ihwal berpulangnya Jaap. “30 September yang lalu ia wafat. Di Amsterdam (?). Dalam usia 84. Selamat jalan, Bung Jaap. Di masa pergerakan melawan rezim miiter Suharto, saya dkk selalu melihat Bung di Utan Kayu 68H. Anda melakukan sesuatu yg tak kalah pentingnya: menyambung karya-karya ilmiah ttg Indonesia ke generasi muda. Terima kasih, Bung!”
Hal senada disampaikan jurnalis sekaligus peneliti human right watch, Andreas Harsono, yang menuliskan status X-nya tentang Jaap Erkelens. Selamat jalan Jaap Erkelens, editor yang teliti, banyak dokumentasi di Jakarta, bukan hanya buku, melainkan juga selebaran, poster, dan seterusnya. Jasanya besar dalam dukung demokrasi dan bantu terbitkan bermutu di Indonesia.
Cinta Sejarah
Begitulah. Jaap memang teramat mencintai sejarah hingga renik-reniknya. Benda-benda seperti selebaran, poster, ikat kepala, baju, dan lainnya, tersimpan rapi sebaik-baiknya. Tidak heran, majalah berita mingguan Tempo pekan ini edisi 8 Oktober 2023 menuliskan obituarium yang begitu menyentuh berjudul “Berpulangnya Sang Perawat Sejarah”.
Ya, Jaap adalah sosok yang berjasa di bidang penyuntingan penerjemahan buku Belanda, dokumentasi arsip. Tidak hanya itu, dia juga seorang sahabat yang mendukung perjuangan pers bebas dan demokrasi di Indonesia. Untuk mengenang jasanya itu, para sahabat, kawan, dan orang yang mengapresiasi kiprah Jaap menggelar acara secara daring melalui aplikasi zoom pada Minggu (8/10), pukul 20.00 WIB.
Di tengah kesibukannya meneliti dan mengoleksi sejumlah arsip penting, Jaap masih sempat menuliskan buku setebal 516 halaman yang diterbitkan oleh penerbit buku Kompas berjudul Dardanella: Perintis Teater Indonesia Modern Duta Kesenian Indonesia Melanglang Buana (2022). Dia menjadi editor sejumlah buku para pendiri bangsa, mulai dari Sukarno, Hatta, hingga Sjahrir. Tidak hanya itu, dia juga menyimpan arsip dan dokumentasi berharga lainnya.
Memungkasi catatan ini, sepatutnya kita mengapresiasi kiprah Jaap Erkelens yang berkhidmat teguh dalam merawat sejarah Indonesia. Terima kasih atas segalanya. Adios, Jaap!