CACAR adalah penyakit kulit yang disebabkan virus yang gejalanya adalah timbul ruam. Namun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cacar juga berarti penyakit itu salah satu gejalanya adalah ketumbuhan sesuatu di bawah kulitnya. Misalnya bisul, juga termasuk cacar air atau chickenpox yang gejalanya keluar ruam merah berisi air yang sangat gatal.
Cacar sempat menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti di dunia. Pada abad ke-20 saja, cacar membunuh setidaknya 300 juta orang.
Penyakit ini sangat menular dan bisa menyebar jika percikan dari mulut atau hidung seseorang yang terinfeksi virus dihirup orang-orang di sekitarnya.
Cacar termasuk penyakit kuno dan diketahui sudah ada sejak 3.000 tahun yang lalu. Bukti fisik paling awal ditemukan pada mumi raja Mesir yang meninggal dunia pada 1157 Sebelum Masehi. Penyakit ini dibawa para pedagang dari Mesir ke India pada milenium pertama Sebelum Masehi.
Dari sana, cacar menyebar ke Tiongkok pada abad pertama Setelah Masehi dan mencapai Jepang pada abad ke-6. Penyakit ini masuk ke Eropa oleh para tentara Perang Salib pada abad ke-11 dan 12. (detik.com, 18/6/2022)
Di Indonesia, penyakit ketumbuhan itu sudah mereda. Upaya untuk mencari obat dan vaksin untuk bisa melumpuhkan virus Varicella zoster yang sempat menggegerkan akibat serangannya mencapai 150 ribuan anak-anak di bawah usia 12 tahun per tahunnya.
Sampai kemudian, sekitar 3.000 tahun lamanya berada di muka bumi, cacar resmi dinyatakan hilang pada 1980 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Saat itu, diakui bahwa cacar adalah penyakit yang diberantas tuntas.
Meski diberantas tuntas, ternyata virus Vericela tidak sepenuhnya hilang dan akan terus hidup di jaringan saraf. Sehingga muncullah cacar api juga dikenal sebagai herpes zoster, yang merupakan infeksi pada area saraf akibat virus Varicella zoster. Infeksi virus ini dapat menyebabkan rasa sakit di daerah yang terkena ruam di sepanjang kulit yang dengan persyarafan (dermatom) yang sama.
Cacar api dapat menyerang siapa saja yang pernah menderita cacar air di masa lalu. Meskipun dapat terjadi pada semua usia, virus ini lebih sering menyerang orang dewasa di atas 50 tahun. Sering, cacar api ditemukan tanpa penyebab yang jelas.
Beberapa faktor tertentu telah diketahui dapat meningkatkan risiko terkena kondisi cacar api. Salah satunya usianya 50 tahun atau lebih dan pernah tertular cacar air. Sistem kekebalan terganggu akibat stres atau infeksi virus sebelumnya seperti pilek atau flu.
Kini datang kembali cacar monyet. Ini adalah penyakit zoonosis langka yang disebabkan infeksi virus monkey pox. Virus cacar monyet termasuk genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi. (litbang.kemenkes.go.id, 31/5/2022)
Cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1958. Pada saat itu ditemukan wabah penyakit mirip cacar yang menyerang koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian, hal tersebut yang menyebabkan penyakit ini disebut sebagai cacar monyet atau monkey pox. Kasus cacar monyet pertama yang menginfeksi manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Sejak saat itu, kasus cacar monyet dilaporkan telah menginfeksi orang-orang di beberapa negara Afrika Tengah dan Barat lainnya seperti Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.
Di Indonesia, satu orang terkonfirmasi positif monkey pox itu. Warga Jakarta itu yang teronfirmasi itu, sudah negatif pada akhirnya. Namun tetap saja Indonesia kecolongan virus cacar monyet yang viral setelah pandemi Covid-19.
***
Jauh sebelum ada pandemi virus corona atau Covid-19, sudah ada wabah cacar yang jauh lebih mematikan. Bahkan, cacar ini sempat dinyatakan sebagai kutukan, karena penderita akan sangat buruk kulit di sekujur tubuhnya. Muncul ketumbuhan berisi air atau nanah yang sangat gatal, dan air itu akan menyebarkan ruam makin banyak di tubuhnya.
Banyak sekali mitos-mitos yang beredar di tengah masyarakat zaman dahulu. Seperti penyintas tidak boleh mandi, padahal mandi adalah salah satu upaya menjaga kebersihan badan. Sehingga dapat mencegah penyebaran virus ke seluruh badan, terutama mandi menggunakan sabun antiseptik akan lebih efektif dalam mengurangi risiko infeksi kuman.
Ternyata penyakit yang sudah dinyatakan diberantas tuntas itu, oleh WHO dibuka kembali kasusnya. Bahkan, WHO menyatakan kedaruratan wabah penyakit cacar monyet, karena kemungkinan akan menyebabkan lebih banyak kematian.
“Dengan penyebaran cacar monyet yang terus berlanjut, kami memperkirakan akan ada lebih banyak kematian,” kata Catherine Smallwood, pejabat darurat senior di WHO Eropa, dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Business Insider.
Wabah cacar monyet terbaru yang pertama kali dilaporkan pada Mei, telah menyebar ke 78 negara dengan lebih dari 18.000 kasus, menurut laporan pembaruan terakhir WHO pada 28 Juli. Pada saat itu, lima kematian terkait cacar monyet dilaporkan dari Afrika.
Cacar monyet ditularkan pula dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan luka infeksi, koreng atau cairan tubuh penderita. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan saat melakukan kontak dengan penderita secara berkepanjangan.
***
Tampaknya inilah yang membuat seorang penderita merasa dikutuk. Sebab, tidak ada lagi kebebasan untuk berakses secara sosial dengan individu lainnya. Orang akan takut berdekatan, karena banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan tertular. Akhirnya pengucilan dalam masyarakat terhadap orang itu.
Akhirnya mitos penyakit kutukan itu pun mulai dihilangkan secara aturan dan medis. Mulai dari aturan karantina tanpa harus dikucilkan secara sosial, sampai upaya medis untuk menghilangkan bekas ruam-ruam yang dahuu sangat sulit dihilangkan. Dengan modernisasi, bintik hitam bekas tumbuhnya cacar itu dapat disamarkan atau dihilangkan.
Cacar memang penyakit lama yang sudah diberantas. Namun virus tidak dapat dihilangkan, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi medis. Jika dulu virus jenis variola ini menyebabkan cacar air yang akhirnya dapat diberantas. Kini menjelma menjadi cacar monyet yang sampai kini belum dapat ditanggulangi.
Ini adalah isyarat bahwa manusia harus waspada, namun tetap tidak takut dengan segala apa yang terjadi. Sebab, yang terjadi harus dihadapi dengan penuh pikiran positif agar stamina tetap kuat. Sehingga segal a penyakit tidak dapat masuk ke tubuh kita.
Apalagi virus memang hanya dapat ditanggulangi dengan men sana incorporisano atau di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Dengan sehat dan kuat itulah, segala penyakit tidak mudah menyerang tubuh kita, walaupun perilaku hidup sehat harus tetap dijalankan. Dengan berbekal pengalaman menjalani aturan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19, semua harus yakin jiwa dan raga kita dapat tertolong dari serangan cacar monyet yang mencacar manusia. ***