• LAMPOST.CO
  • METROTV LAMPUNG
  • DESAKU
  • SUMA.ID
Minggu, Desember 14, 2025
Berlangganan
Konfirmasi
  • LAPORAN UTAMA
  • EKONOMI
  • KOTA
  • RUWA JURAI
  • PENDIDIKAN
  • LAMBAN PILKADA
  • RAGAM
  • DESA
  • OPINI
  • FOKUS
  • E-PAPER
  • INDEKS
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • LAPORAN UTAMA
  • EKONOMI
  • KOTA
  • RUWA JURAI
  • PENDIDIKAN
  • LAMBAN PILKADA
  • RAGAM
  • DESA
  • OPINI
  • FOKUS
  • E-PAPER
  • INDEKS
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Berlangganan
  • Konten Premium
  • E-Paper
  • Indeks
  • Log in
Beranda Baca Gratis

Cara Preman

REFLEKSI

Mustaan Editor Mustaan
11 Maret 2022
di dalam Baca Gratis, Refleksi, Weekend
A A
politikus akrobat

Pemred Lampung Post Iskandar Zulkarnain

Share on FacebookShare on Twitter

SIAPA yang tak kenal film Dilan 1990 di layar lebar? Film ini mengisahkan dua sosok remaja belasan tahun, yakni Dilan, sang tokoh utamanya serta kekasihnya Milea. Dua karakter ini berangkat dari novel berjudul sama karya Pidi Baiq. Film ini meledak di pasaran dengan merenggut puluhan jutaan penonton datang ke bioskop.

Iqbal Ramadhan sukses memerankan sang karakter utama yang bermulut manis, romantis, namun ia doyan tawuran. Baik di film maupun novelnya, Dilan terlibat dalam geng motor bahkan jadi panglima perang di Bandung . Tawuran menjadi salah satu tema sentral di antara asmara Dilan dan Milea.

Terlepas dari kontroversi atas adegan kekerasan dan aksi tawuran yang dipertontonkan dalam film ini. Harus diakui, Dilan merupakan potret jujur tentang kondisi anak bangsa di jalanan saat itu. Ini bukan mengada-ada, geng motor, tawuran, aksi kekerasan adalah fenomena terang-benderang.

BACA JUGA

Percepat Pembenahan TPA Bakung demi persiapkan PLTSa 2026

Guru PJOK Punya Peran untuk Membantu Pencegahan Penyakit

Ini Inovasi HiLo Demi Gaungkan Semangat #NabungOtot

Efisiensi Anggaran Harusnya Tak PHK Pegawai

Persona seperti halnya Dilan bukanlah yang pertama hadir di jagat raya perfilman Tanah Air. Pada tahun 70-an telah lebih dulu mengenal Ali Topan Anak Jalanan. Ali juga Dilan merupakam prototipe sebagian anak-anak bangsa yang memilih hidup seraya mencari jati diri di jalanan.

Tulisan ini tentu tidak akan mengulas lebih lanjut lebih dalam tentang dua karakter Dilan dan Ali Topan. Namun, jika mengamati fenomena kehidupan akhir-akhir ini, terutama ketika aksi tawuran kembali marak, harus diakui persoalan yang telah diangkat bersama dua karakter tersebut nyatanya tidak juga tuntas bahkan kian kusut.

Medio Februari lalu publik digegerkan seorang pemuda berinisial D (22) tewas dalam aksi tawuran antara dua kelompok di silang rel kereta api Pasar Baru, Kota Bekasi. “Kami temukan satu orang meninggal dunia, diduga menjadi korban tawuran,” kata Kasubbag Humas Polres Metro Bekasi Kota Kompol Erna Ruswing Andari.

Tragedi itu bukanlah yang pertama kali terjadi. Jika ditelisik kata kunci “remaja tewas tawuran”, mesin pencari memberikan resume sekitar 309.000 hasil (0,38 detik). Pada halaman demi halaman hasil pencarian dapat dengan mudah ditemukan berbagai informasi seputar aksi tawuran remaja berujung maut.

Jika ditilik lebih dalam, tawuran anak zaman sekarang sudah berubah dari kenakalan remaja menjadi aksi kriminal. Dahulu, anak-anak bangsa yang adu jotos berkelompok antarsekolah, tawuran biasanya terjadi pada jam sekolah atau sepulang sekolah. Namun kini, tawuran terjadi antargeng, kerap membawa senjata tajam yang melukai bahkan merenggut nyawa!

Ini persoalan serius! Kasat Samapta Polresta Bandar Lampung, Kompol Suwandi bahkan telah menyatakan aksi tawuran pelajar di Kota Tapis Berseri menjurus ke tindakan berbahaya. Dari ratusan peserta tawuran, beberapa di antaranya didapati membawa senjata tajam seperti, parang, celurit juga gir motor.

Berdasarkan catatan kepolisian pada Minggu (5/12) misalnya, dari ratusan pelajar tawuran di Jalan Raden Intan, depan Ramayana, Bandar Lampung, tiga pelajar kedapatan membawa celurit. Pun halnya pada Senin (3/1), tujuh pelajar diamankan karena membawa senjata tajam.

Aksi tawuran yang terjadi memakan korban. Pada Jumat (15/1), seorang pemuda babak belur menjadi korban penganiayaan. Teranyar, pada Minggu (27/2), satu orang mengalami luka bacok dalam tawuran yang pecah di seputaran Pasar Tamin, Gang Budiman II, Bandar Lampung.

***

Selain memakan korban, aksi tawuran juga berujung pada vandalisme. Pada Minggu (30/1) bentrok antarpelajar menyebabkan satu motor rusak. Lalu pada Minggu (27/2), tawuran berakibat satu kaca mobil pecah. Tawuran pelajar menjurus kepada tindakan anarkistis.

Karena telah menjelma menjadi persoalan yang membahayakan maka semua pihak harus turun tangan mengatasi persoalan ini. Mulai dari kepala daerah, aparat penegah hukum, sekolah juga tentu saja orang tua, serta masyarakat. Lingkungan juga perlu meredam aksi tawuran sehingga tidak merajalela di Kota Seribu Siger, menjelma menjadi tindakan kriminal.

Seperti yang disampaikan psikolog Universitas Lampung (Unila) Citra Abriani Maharani. Melihat persoalan tawuran perlu dipilah manakala ia merupakan sebuah kenakalan remaja semata atau telah berubah menjadi aksi kejahatan yang melanggar hukum dan telah memakan korban.

Jika kenakalan, pendekatannya adalah pembinaan. Jika aksi kriminal, hukum pidana harus diberikan. Sebab, pelaku tawuran juga perlu mendapatkan pelajaran hidup bahwa di balik setiap tindakan kriminal selalu ada konsekuensi yang menantinya.

Betapa pun memesonanya karakter Dilan juga Ali Topan, mengatasi persoalan dengan laku kekerasan bukanlah jalan keluar yang dapat ditempuh dengan alasan apa pun. Tidak ada satu pun pembenaran dapat diberikan. Inilah akar persoalan utamanya, anak harus dididik, diajarkan menghadapi konflik dengan kepala dingin bukan dengan jalan kekerasan.

Peran keluarga pun tentu amat penting dalam hal ini. Namun bahaya lagi keadaan di lapangan justru sebaliknya. Keluarga justru tidak lagi menjadi ranah yang aman dan nyaman bagi anak. Alih-alih jadi wahana pendidikan yang ideal. Berbagai hasil riset menunjukkan rumah, keluarga, dan orang terdekat justru menjadi zona berbahaya bagi anak dengan banyaknya kasus kekerasan anak yang terjadi.

Selain rumah dan keluarga, maka sekolah merupakan elemen penting dalam mencegah bibit-bibit kekerasan tumbuh dalam diri anak bangsa yang memang tengah bergelut mencari jati diri. Persoalan tawuran bukan semata-mata persoalan lemahnya pengawasan sekolah.

Jauh lebih penting lagi adalah bagaimana sekolah jadi sarana utama remaja menemukan jati diri dengan memberi ruang aktualisasi diri yang memadai. Sehingga mereka tidak mencarinya di tempat lain, apalagi di jalanan.

Alangkah ruginya bangsa ini jika anak-anak bangsa terus-menerus terlibat kehidupan jalanan dengan aksi tawuran. Zaman sudah berubah. Era digital telah menjadi tantangan yang tak terelakkan. Menghadapi era distruptif saat ini, sumber daya manusia sebuah bangsa haruslah kompetitif agar tidak tergilas oleh bangsa lain.

Doronglah anak-anak yang kreatif dan inovatif, dan bebas beraktualisasi  diri. Lupakan Dilan, lupakan Ali Topan. Era anak bangsa yang terjerumus hidup di jalanan sudah harus ditinggalkan. Dunia digital membutuhkan generasi tangguh untuk memenangi kompetisi, bukan dengan cara-cara preman. ***

Tags: CaraikziskandarpremanRefleksiweekendzulkarnain
berbagiTweetMengirim
Posting Sebelumnya

Kontingen Indonesia Bertolak ke All England di Birmingham

Posting berikutnya

Mourinho Akui Roma Beruntung Hadapi Vitesse

Mustaan

Mustaan

Jurnalis Zaman Now

Posting berikutnya
Pelatih AS Roma Jose Mourinho. AFP/Andreas Solaro

Mourinho Akui Roma Beruntung Hadapi Vitesse

Wapres Pastikan Stok Beras Aman Jelang Ramadan

Wapres Pastikan Stok Beras Aman Jelang Ramadan

DOK/GOOGLE

Ekonomi Indonesia Berhasil Tumbuh Positif

Dok Google

PLN Operasikan Gardu Hubung di Mangkang

Peternak Ayam Petelur Gelar Aksi Unik Bagi-Bagi Telur Dan Ayam Di Jalan

BERITA TERBARU

  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Weekend, 14 Desember 2025 14 Desember 2025
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Sabtu, 13 Desember 2025 13 Desember 2025
  • Timnas U-22 Gagal ke Semifinal meski Menang 3-1 13 Desember 2025
  • Diva Renatta Akhiri Penantian 22 Tahun Lompat Galah 13 Desember 2025
  • Persib Bandung ke 16 Besar ACL Two 12 Desember 2025

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

  • kantor DPRD lampung Utara

    Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 10 Desember 2025

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 09 Desember 2025

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Kamis, 11 Desember 2025

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 08 Desember 2025

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
Facebook Twitter Youtube RSS Instagram

Tentang Kami

 

LampungpostID adalah laman berita resmi Harian Umum Lampung Post. Laman ini berada dalam naungan PT Masa Kini Mandiri, penerbit Koran Lampung Post yang menyajikan informasi berkualitas untuk melengkapi kehadiran koran edisi cetak di masyarakat.

Alamat Kami

PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno – Hatta No. 108, Hajimena, Lampung Selatan

Phone : (0721) 783-693
Fax : (0721) 783-578
Email : redaksi@lampungpost.co.id

Redaksi
Tentang Kami

Iklan & Sirkulasi

Sri Agustina : 0895-3463-91035
Ja’far Shodiq : 0812-1811-4344
Dat S Ginting 0822-6991-0113
Setiaji B. Pamungkas : 0813-6630-4630

LampungpostID © 2022

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • LAPORAN UTAMA
  • EKONOMI
  • KOTA
  • RUWA JURAI
  • PENDIDIKAN
  • LAMBAN PILKADA
  • RAGAM
  • DESA
  • OPINI
  • FOKUS
  • E-PAPER
  • INDEKS

LampungpostID © 2022

Open chat
1
Anda butuh bantuan ?
Admin Lampungpost.id
Halo, ada yang bisa kami bantu ?