TRIYADI ISWORO
INILAH catatan tentang sejumlah bencana di Indonesia. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, mencatat hingga kini ada tiga orang tewas usai gempa susulan bermagnitudo 6,2.
“Data sementara akibat gempa yang terjadi, ada laporan tiga orang meninggal dunia. Kemudian, 24 orang luka-luka,” kata, Kepala BPBD Majene, Sirajuddin, Jumat, 15 Januari 2021.
Ia mengatakan bahwa saat ini puluhan orang yang luka tengah mendapatkan perawatan di tempat pengungsian. Sebab ada ribuan warga yang mengungsi pascagempa susulan di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
“Ada dua ribu warga sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman,” ujarnya.
Saat ini tim gabungan juga tengah mencari korban gempa. Para petugas mencari dengan menggunakan alat seadanya lantaran bantuan alat dan logistik terkendala jalur menuju lokasi.
Sirajuddin menyebut, untuk menuju lokasi terparah akibat gempa, ada tiga titik longsor. Sehingga, tim harus membersihkan material longsor untuk bisa tiba di lokasi.
“Tim juga sedang berusaha membantu warga yang tertimbun reruntuhan bangunan. Dan untuk korban hilang kemungkinan ada, tapi kami berharap bisa segera selamat, semoga tidak banyak,” kata dia.
Selain akses yang masih sulit, komunikasi di lokasi gempa juga masih terganggu pascagempa susulan beberapa kali. “Ini kami sedang berusaha semua,” ujarnya.
Kabupaten Majene
Tim Gabungan Badan BPBD Sulawesi Barat masih kesulitan menembus lokasi terparah akibat gempa yang terjadi di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Kepala BPBD Majene, Sirajuddin, mengatakan bahwa untuk mencapai lokasi terparah akibat gempa pihaknya harus melewati tiga titik longsor. Ini untuk memutus jalan menuju lokasi tersebut. Material longsor harus bersih terlebih dahulu.
“Ada tiga titik longsor yang harus bersih untuk tiba ke lokasi. Padahal, harus bisa cepat akses. Karena bantuan harus semua peralatan belum tiba di lokasi,” katanya, Jumat, 15 Januari 2021.
Sementara, di beberapa lokasi lain seperti di tim gabungan juga tengah melakukan pertolongan. Ia mengungkapkan ada beberapa orang yang sementara ini dalam pertolongan karena tertimbun rumah yang roboh akibat gempa susulan subuh tadi.
“Tim juga sedang berusaha membantu warga yang tertimbun reruntuhan bangunan,” jelasnya.
Ia juga menyebut kemungkinan korban yang hilang juga ada tapi harapannya juga bisa secepatnya dapat. Soal jumlah masih belum ada kepastian.
“Untuk korban hilang kemungkinan ada, tapi kami berharap bisa segera selamat, semoga tidak banyak,” ujarnya.
Sebelumnya, akibat gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Majene, sejumlah rumah dan gedung roboh. Bahkan, gedung Kantor Gubernur Sulbar ikut roboh akibat gempa dengan kekuatan 6,2 skala richter. Sejumlah jalan juga terputus akibat longsor.
Banjir
Pada bagian lain, Banjir melanda puluhan rumah di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Curah hujan yang tinggi menyebabkan Sungai Citanduy meluap. Tercatat sebanyak 23 rumah di Dusun Sukasari, Desa Sukanagara, Kecamatan Padaherang, Pangandaran terendam banjir. Warga pun terpaksa mengungsi ke dataran yang lebih tinggi. Aparatur desa bersama para relawan hingga kini masih terus mengevakuasi warga yang terjebak banjir.
Terpisah, sebagian wilayah di Kalimantan Selatan terendam banjir. Ketinggian banjir bervariasi hingga mencapai 1 meter lebih. Banjir terjadi sejak Kamis (14/1) pukul 21.00 WIT.
Menurut BPBD Kalsel wilayah terparah terkena banjir adalah Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut.
Sementara Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina mengatakan banjir terjadi akibat intensitas hujan yang sangat lebat dalam beberapa hari terakhir.
Saat ini BPBD fokus mengevakuasi warga ke tempat aman. Posko pengungsian pun telah berdiri bagi warga yang rumahnya terendam banjir.
Longsor
Pada bagian lain, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengungkapkan informasi dari BPBD Sumedang. Ia menginformasikan tim gabungan telah mengevakuasi 24 orang yang tertimbun longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Evakuasi korban meninggal tersebut sejak hari pertama pascalongsor.
Menurutnya, tim gabungan berkoordinasi dengan Basarnas telah mengevakuasi 24 orang akibat bencana longsor yang pertama kali terjadi pada Sabtu (9/1/2021). Sejumlah korban lain terjadi akibat longsor susulan yang terjadi pada hari yang sama. Tim gabungan yang berjumlah lebih dari 500 personel terdiri dari unsur Basarnas, TNI, Polri, BPBD, organisasi masyarakat, sukarelawan serta masyarakat.
Data lain tercatat korban selamat 25 orang. Perinciannya luka berat 3 orang dan luka ringan 22 orang, sedangkan perkiraan korban hilang berjumlah 16 orang.
Sementara itu, kerugian materiil berupa kerusakan rumah berjumlah 14 unit dengan kategori rusak berat dan 1 tempat ibadah rusak sedang. BNPB telah membantu analisis kerusakan dengan foto udara dan berkoordinasi dengan BPBD setempat terkait dengan hasil kerusakan rumah.
Pemkab Sumedang menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan longsor di Kecamatan Cimanggung dan Jatinangor sejak 9 – 29 Januari 2021. Bupati Sumedang mengaktifkan pos komando dan secara fisik berada di SMA Negeri 1 Cimanggung, yang berada dekat dengan lokasi terdampak. Bupati Sumedang menunjuk sekretaris daerah sebagai komandan posko dalam penanganan darurat longsor Cihanjuang.
Tidak hanya wilayah di atas, Sumbawa, Tanjungpinang, kabupaten Bintan, dan sebagian wilayah lainnya juga terdampak dari cuaca ekstrem. Misal, hujan lebat yang mengakibatkan banjir.
Fenomena La Nina
Mengutip dari situs www.bmkg.go.id, kuartal akhir tahun 2020 hingga awal 2021, kondisi iklim global pada gangguan anomali berupa fenomena La Nina. Adapun level intensitas mencapai “moderate” di Samudra Pasifik ekuator.
Pemantauan BMKG terhadap indikator laut dan atmosfer menunjukkan suhu permukaan laut Samudra Pasifik ekuator bagian tengah dan timur mendingin. Perkiraannya -0.5°C hingga -1.5°C. Hal ini berlangsung selama tiga bulan berturut-turut oleh penguatan angin pasat.
La Nina telah lama memiliki dampak yang bersifat global. Salah satunya berupa peningkatan curah hujan di wilayah Pasifik barat meliputi Indonesia, sebagian Asia Tenggara, dan bagian utara Australia, Brazil bagian utara, dan sebagian pantai barat Amerika Serikat. Ini menyebabkan pengurangan curah hujan di sebagian pantai timur Asia, bagian tengah Afrika, dan sebagian Amerika bagian tengah.
Sebagai bagian dari variabilitas sistem iklim global, La Nina dan El Nino berulang dan memiliki siklus 2-8 tahun. La Nina terakhir pada 2010 yang untuk wilayah Indonesia terkenal sebagai tahun basah karena hampir terkesan tidak ada kemarau sepanjang tahun akibat curah hujan yang berlebih.
“La Nina lebih dipandang sisi negatifnya saja yang berdampak pada bencana hidrometeorologi. Padahal dalam enam kali La Nina dalam periode 30 tahun terakhir telah terjadi surplus air tanah tahunan di Waeapo-Pulau Buru sebesar 775 mm atau setara dengan 222 persen dari kondisi normalnya,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat membuka webinar KedaiIklim#4 BMKG yang bertajuk “La Nina: Manfaatkan Air Hujan Berlimpah Untuk Kesejahteraan dan Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi” di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Webinar
Webinar tersebut bertujuan menggali dampak positif dari peluang air hujan yang berlebih serta meningkatkan sinergi antara Kementerian, Lembaga dan masyarakat untuk penurunan risiko bencana hidrometeorologi dalam tahun basah La Nina.
Dwikorita melanjutkan, hal tersebut mengindikasikan bahwa La Nina selain memiliki sisi ancaman, namun juga punya peluang positif yang bisa bermanfaat seperti panen hujan dan surplus air tanah, peningkatan produktivitas pertanian yang memerlukan banyak air, dan pemanfaatan telaga yang muncul selama tahun basah untuk budidaya ikan air tawar semusim.
“Semua bisa mengambil berkah dari fenomena La Nina sehingga para petani di wilayah yang sudah terkenal selalu kering dan kekurangan air bisa melakukan pemanenan air, dan pada akhir musim kemarau transisi yaitu September-Oktober masih bisa melakukan pemanenan kacang tanah,” ujarnya.
Dwikorita berharap webinar tersebut dapat menjaring masukan dari para ahli sehingga akan lahir panduan untuk mengambil sisi positif dari La Nina.
Rahmat La Nina
Dekan Sekolah Vokasi UGM Agus Maryono yang juga merupakan pakar Ekohidrolik dan pelopor restorasi sungai Indonesia menyampaikan hal senada. Ia mengatakan bahwa seharusnya tanah basah bisa bermanfaat.
Daerah kering dan semi kering juga dapat memanfaatkan air berlimpah. Air tanah bisa maksimal terisi begitu pula dengan danau, situ, serta telaga. Alur sungai juga bisa sempurna terbentuk.
“Memang ada ancaman bencana tapi harus jadi pengungkit kemajuan dalam segala bidang. Misalnya, pengetahuan, penemuan rekayasa teknologi dan industri, penyediaan sandang, papan dan pangan, daya juang dan motivasi bangsa, sikap tanggap dan peduli serta menjaga alam dan lingkungan,” katanya.
Menurut Agus, pemerintah harus menyeting masyarakat untuk melakukan suatu gerakan secara sporadis untuk menghadapi La Nina. Misalnya, dengan susur sungai, sehingga masyarakat di sekitar sungai tahu potensi-potensi sungai yang bisa bermanfaat untuk mitigasi maupun untuk pemanfaatan potensi wisata, potensi sumber air, dan potensi perikanan.
“Kalau ada bencana mereka siap karena mereka tahu mana titiknya dan kalau tidak ada bencana mereka juga tahu manfaatnya sehingga bisa mengungkit kesejahteraan masyarakat,” kata Agus.
Begitu pula dari sektor pertanian, Rizaldi Boer dari Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, La Nina punya manfaat bagi pertanian pangan. La Nina mempunyai dampak positif antara lain peluang percepatan tanam, perluasan area tanam padi baik di lahan sawah irigasi, tadah hujan, maupun ladang.
Dampak positif lainnya yaitu meningkatkan produksi perluasan lahan pasang surut, lahan pesisir akan berkembang lebih baik karena salinitas dapat berkurang dan perikanan darat bisa berkembang lebih awal.
Kurangi Dampak
Untuk mengurangi dampak La Nina, menurut dia, perlu pembinaan kepada para petani tentang metode pengeringan dan penyimpanan benih, karena saat La Nina curah hujan tinggi yang dapat mempengaruhi kualitas benih. Masyarakat juga perlu membangun gudang benih dan menyediakan varietas padi tahan rendaman serta penyesuaian aplikasi pupuk.
Petani juga dapat memanfaatkan dampak positif La Nina dengan meningkatkan areal tanam pada musim hujan dan khususnya pada lahan kering. Memanfaatkan mundurnya akhir musim hujan dengan tanaman umur pendek dan berekonomi tinggi. Serta adaptasi teknik budidaya pada daerah endemik banjir dan pertanian lahan kering di lahan gambut.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Edy Purnawan mengatakan, di Indonesia lahan pertanian yang terdampak banjir rata-rata 237 ribu hektare, dari total lahan tersebut yang bisa selamat hanya 72 persen selebihnya terkena puso.
Sebagai langkah antisipasi dampak La Nina, Kementerian Pertanian melakukan tujuh langkah yaitu pemetaan wilayah rawan banjir, sistem peringatan dini dan rutin pantau informasi BMKG, membentuk brigade La Nina, gerakan pompanisasi, menggunakan benih tahan genangan, asuransi usaha tani, dan bantuan benih gratis bagi puso juga bantuan alat pengering untuk menyelamatkan hasil panen.
Dari segi sumberdaya air, menurut Direktur Bina Teknik SDA Kementerian PU-Pera Eko Winar Irianto, kondisi La Nina dapat memenuhi kapasitas energi maksimum pada operasional waduk, sementara dalam kondisi El Nino energi yang akan berkurang.
“Maka fungsi waduk dalam rangka untuk menjaga stabilitas dari sumberdaya air termasuk juga menjaga dalam kondisi El Nino produksi energi yang tidak jatuh sedangkan La Nina akan mencapai maksimum,” katanya.
Mitigasi Bencana
Kepala Pusat Informasi Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan, bencana hidrometeorologi merupakan bencana menahun yang kerap terjadi baik pada musim hujan, transisi, maupun kemarau.
Pada musim hujan, berpotensi terjadi banjir, banjir bandang dan tanah longsor, dimasa transisi biasanya ditandai hujan lebat pada periode singkat disertai angin kencang hingga hujan es. Sedangkan di musim kemarau potensi bencana yang dihadapi berupa karhutla dan gelombang tinggi.
Fachri mengatakan, BMKG menggunakan berbagai sumber data untuk membuat informasi cuaca, mulai dari data pengamatan dengan menggunakan Satelit, serta 42 Radar Cuaca, ribuan peralatan observasi secara digital yg terhubung dengan Internet of Things (IoT), hingga memperhatikan fenomena atmosfer global dan lokal. Seluruh data tsb diolah dengan Pemodelan Numeris secara “ensambel”, untuk memberikan hasil Prakiraan dg resolusi 3 kilometer persegi hingga skala tapak, untuk seluruh kecamatan di Indonesia. Prakiraan Cuaca tsb disajikan untuk periode 1 hingga 6 hari ke depan, dengan interval waktu tiap 3 jam hingga 6 jam untuk cuaca publik, dan intervsl waktu update utk tiap 30 menit bagi cuaca penerbangan (untuk take off dan landing pesawat).
Bahkan BMKG juga sudah menerapkan prakiraan cuaca berbasis dampak, sebuah perubahan pardigma layanan yang sudah memperkirakan faktor bahaya dan kerentanan.
Dalam menghadapi berbagai potensi bencana tersebut, sinergi berlangsung mulai dari hulu dengan informasi kesiapsiagaan hingga ikut serta dalam operasi TMC untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Terkait informasi cuaca yang diberikan bersifat multi layer, dengan periode dari perkiraan panjang, setahun, enam bulan, bulanan, harian bahkan juga periode pendek, dengan harapan informasi yang disebarkan dapat dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai kegiatan multi sektor dan kesiapsiagaan dalam rangka mewujudkan “zero victim” (nol jumlah korbannya).
Data dan Informasi
Data dan informasi dari BMKG menjadi acuan dari berbagai pihak seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam upaya pencegahan dan penanganan bencana, kata Muhammad Saparis Soedarjanto dari Diirektorat Perencanaan Evaluasi KLHK.
Begitu pula dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) – Kementerian ESDM, menurut Kepala Bidang Gerakan Tanah PVMBG Agus Budianto, informasi cuaca menjadi masukan penting untuk peringatan dini longsor (pergerakan tanah) yg dikeluarkan oleh PVMBG.
Menurut dia, pergerakan tanah menjadi pola rutin berulang setiap tahun seiring aktivitas manusia bertambah, sehingga sejak jauh hari harus menyiapkan peringatan dini.
“Untuk peringatan dini, kami sudah punya gambaran secara global, apa yang dilakukan menjelang masa puncak, dengan informasi curah hujan ini menjadi lebih detil lagi,” katanya.
Direktur Kesiapsiagaan BNPB Eny Supartini mengatakan, hingga 28 Desember 2020 dominasi bencana di Indonesia masih bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.
Program pencegahan yang dilakukan BNPB mulai dari penguatan kelembagaan di daerah, informasi risiko sampai ke level bawah, sistem peringatan dini dan sinergitas antarpihak terkait.
“Kami tetap meminta daerah untuk memantau informasi yang diberikan BMKG,” kata Eny meski BNPB sudah memiliki aplikasi InaRISK sebagai antisipasi jangka pendek dan jangka panjang dan yang tertpenting agar informasi bisa sampai ke masyarakat. (MEDCOM.ID)
triyadi@lampungpost.co.id