• LAMPOST.CO
  • METROTV LAMPUNG
  • DESAKU
  • SUMA.ID
Rabu, Agustus 20, 2025
Berlangganan
Konfirmasi
  • Masuk
  • LAPORAN UTAMA
  • EKONOMI
  • KOTA
  • RUWA JURAI
  • PENDIDIKAN
  • LAMBAN PILKADA
  • RAGAM
  • DESA
  • OPINI
  • FOKUS
  • E-PAPER
  • INDEKS
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • LAPORAN UTAMA
  • EKONOMI
  • KOTA
  • RUWA JURAI
  • PENDIDIKAN
  • LAMBAN PILKADA
  • RAGAM
  • DESA
  • OPINI
  • FOKUS
  • E-PAPER
  • INDEKS
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Berlangganan
  • E-Paper
  • Indeks
  • Log in
Beranda Baca Gratis

Corona Beranak Pinak

REFLEKSI

Mustaan Editor Mustaan
5 Agustus 2022
di dalam Baca Gratis, Kolom, Refleksi, Weekend
A A
hidup sekali klik
Share on FacebookShare on Twitter

HANYA keledai yang jatuh ke dalam lubang yang sama dua kali. Demikian salah satu petuah yang kerap terucap oleh orang tua dulu. Makna penting petuah ini ialah berhati-hati, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama, apa pun itu, sampai berkali-kali. Makna lainnya adalah harus benar-benar mengambil hikmah dan pelajaran penting dari kesalahan sebelumnya.

Namun memang, harus jujur diakui dalam menghadapi pandemi Covid-19 pepatah ini bisa dibilang tidak laku. Nyatanya dalam 2,5 tahun hidup bersama virus corona, negeri ini mengalami gelombang puncak pandemi tidak hanya sekali, bahkan sudah lebih dari dua kali. Selip-selip, beberapa pekan ke depan akan menghadapi gelombang ke empat pandemi Covid-19.

Ngeri-ngeri sedap memang. Apalagi jika diintip data kasus Covid-19 sepanjang Juli yang baru lewat. Pada bulan ini rerata tambahan kasus harian terus menanjak dari pekan ke pekan. Pada pekan pertama angka konfirmasi positif di kisaran seribu, pekan kedua naik dua ribu. Pekan ketiga naik lagi menjadi tiga ribu. Pada pekan terakhir Juli kasus Covid sudah di kisaran empat ribu kasus.

BACA JUGA

Guru PJOK Punya Peran untuk Membantu Pencegahan Penyakit

Ini Inovasi HiLo Demi Gaungkan Semangat #NabungOtot

Dari Jari-Jari Kecil ke Dunia Teknologi

Mengurai Benang Kusut Banjir di Bandar Lampung

Kalau ditotal selama Juli tambahan kasus secara nasional tembus 100 ribu kasus baru. Menilik lagi data Kementerian Kesehatan lebih dalam terdapat tiga hari pada Juli dengan tambahan kasus mengkhawatirkan, yakni 26 Juli dengan 6.483 kasus baru, 27 Juli dengan 6.438 kasus baru, dan 28 Juli dengan 6.353 kasus baru. Kalau dalam gambaran sebuah kurva, Juli merupakan lerengnya.

Ahli epidemiologi berhipotesis data Covid-19 yang nampak pada Juli itu merupakan fenomena gunung es. Itu artinya, data yang tampak hanyalah gambaran puncak dari gunung es-nya saja yang menyembul di permukaan laut. Bagian gunung yang lebih besar masih tersembunyi di bawah permukaan laut. Dengan kata lain, data Covid-19 sesungguhnya bisa jadi jauh lebih besar.

Hipotesis ini bisa jadi benar. Sebab, kalau dilihat kondisi masyarakat sekarang sudah jengah dengan pandemi, terutama sejak berakhirnya gelombang ketiga pada medio Februari lalu. Pada fase gelombang ketiga memang pucak kasus harian jauh lebih tinggi dari dua gelombang sebelumnya, namun daya rusaknya tidak separah pada gelombang kedua pada Juli 2021 lalu.

Karena ancaman omikron tidak separah dan situasinya juga tidak sedramatis kala delta melanda, masyarakat mulai menganggap remeh Covid. “Toh gejalanya sudah tidak parah-parah amat.” Bisa jadi mereka berpikir seperti itu. Karena itu pula, mereka yang terinfeksi tidak lantas berobat, apalagi menjalani testing. Itu mengapa konfirmasi positif bisa jadi tidak sesuai dengan kenyataan.

Para pakar kesehatan memprediksi dan bahkan menyatakan sebenarnya sudah masuk fase gelombang keempat Covid-19. Namun, menurut pakar, efek gelombang kali ini tidak akan separah tiga gelombang sebelumnya. Sebab, pada periode ini kondisi masyarakat sudah jauh lebih siap, terutama dari sisi imunitas, di mana cakupan vaksinasi dosis I dan II sudah di atas 70%.

Namun demikian, ada juga pakar kesehatan, terutama dari kalangan dokter anak, yang menyatakan kewaspadaan tetap harus dikedepankan dalam menghadapi gelombang keempat ini. Masyarakat tidak boleh jemawa dengan adanya vaksinasi. Terlebih, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), varian baru Covid-19 berpotensi memiliki efek peradangan cukup serius pada kalangan anak-anak.

***

Anak-anak bangsa tidak boleh menganggap remeh peringatan pakar kesehatan akan potensi datangnya gelombang keempat dan seterusnya. Terlebih lagi Covid-19 terus menerus bermutasi. Fenomena lonjakan kasus Covid-19 pada periode Juli lalu baik secara global maupun nasional ditunggangi subvarian baru Covid-19 omikron. Bermutasi sudah merupakan fitrah atau naluri alamiah virus untuk bertahan hidup.

Apalagi kala kisah varian omikron BA.4 dan BA.5 usai, kini para ahli telah menemukan subvarian omikron terbaru yang beranak pinak  memicu kekhawatiran, yaitu BA.2.75 disebut centaurus sebagai ancaman terbaru. Menurut WHO, ini patut diwaspadai. Subvarian itu pertama kali dilaporkan di India dan telah menyebar ke sekitar 10 negara termasuk Inggris, Selandia Baru, Australia, Kanada, dan AS.

Centaurus disebut-sebut lebih menular dan mampu menginfeksi seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan menurunkan respons antibodi. Jika hipotesis ini benar adanya, situasinya bisa saja kembali menjadi menyulitkan bagi kita semua. Sebab, jika ini terjadi, vaksinasi dosis lengkap yang sudah dilakukan bisa dikatakan akan menjadi kurang efektif menghadapi varian baru tersebut.

Sebab itu, kita pun tidak boleh kalah ngeyel ketimbang virus. Jika virus saja demikian alot dibasmi, kita pun semestinya berlaku demikian. Untuk bertahan, bila perlu harus lebih alot lagi terhadap virus. Lebih alot tentu artinya lebih imun. Agar lebih imun maka kebutuhan akan vaksinasi menjadi keniscayaan. Namun celakanya, vaksinasi yang dilakukan belakangan mengendur.

Coba tengok saja capaian vaksinasi dosis kedua secara nasional, kalau diamati angkanya mandek di kisaran 80%. Untuk vaksinasi dosis ketiga atau booster capaiannya lebih menyedihkan lagi yakni baru di kisaran 27%, bahkan untuk Lampung saja angka vaksinasi lanjutan ini baru di kisaran 15%. Upaya percepatan vaksinasi semestinya menjadi obat mujarab menghadapi gelombang keempat.

Pemerintah Pusat dan daerah tampaknya harus lebih berkeringat untuk menggenjot vaksinasi lanjutan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi harus kembali dikobarkan. Terlebih, hakikat utama vaksinasi ini adalah membentuk kekebalan kelompok bukan sekadar kekebalan individu semata. Vaksinasi ini bukan soal untuk kepentingan aku atau kamu saja melainkan kita.

***

Kekebalan komunal adalah kepentingan kita bersama. Karena itu pula, butuh konsistensi bersama untuk mencapainya. Upaya satu orang, atau segelintir orang saja tidak akan cukup bahkan akan menjadi sia-sia belaka. Karena itu, butuh perjuangan kolektif, konsistensi dalam penerapan protokol kesehatan juga percepatan vaksinasi yang bersifat kolektif alias gotong-royong.

Terlebih dampak yang disebabkan dari Covid-19 itu tidak hanya bersifat individual. Infeksi virusnya memang bersifat personal, namun karena skalanya sudah masuk kategori pandemi, dampaknya juga komunal atau kolektif. Contohnya adalah krisis ekonomi yang dirasakan saat ini adalah dampak kolektif yang mesti dirasakan akibat pandemi Covid-19 yang berlangsung panjang.

Maka harus pula secara kolektif kembali berdisiplin protokol kesehatan dan mengikuti vaksin lanjutan. Harus pula diakui bahwa ini hanyalah imbauan. Namun rasa-rasanya perlu menjadi perhatian serius agar gelombang keempat—virus tidak membabi buta. Hanya satu tekad, mengantisipasi lebih utama daripada mengobati. Menghadapi gelombang keempat adalah penting. Bukankah guru terbaik menghadapi pandemi adalah pengalaman?

Mungkin karena belajar dari pengalaman itu pula Kementerian Kesehatan pada pekan terakhir Juli lalu mulai menjalankan program vaksinasi dosis keempat bagi tenaga kesehatan. Faktanya, memang lebih dari dua ribu nakes gugur dalam pertempuran bangsa ini menghadapi agresi virus corona. Kita tentu tidak ingin jumlah putra-putri terbaik bangsa itu kembali bergugur karena Covid-19 terus meluas.

Dalam menghadapi pandemi, para nakes merupakan pasukan tempur garis depan. Karena peran mereka itu pula, risiko yang mereka hadapi sudah barang tentu jauh lebih besar dari yang lain. Maka imunitas mereka tentu harus menjadi prioritas. Dengan demikian, jika gelombang keempat benar-benar datang, dan puncaknya lebih dahsyat dari gelombang sebelumnya, negeri ini sudah lebih siap. *

Tags: #CoronaberanakikziskandarpinakRefleksiweekendzulkarnain
berbagiTweetMengirim
Posting Sebelumnya

Seluruh Jemaah Haji Indonesia Sudah Tinggalkan Makkah

Posting berikutnya

E-Paper Lampung Post, Edisi Jum’at, 05 Agustus 2022

Mustaan

Mustaan

Jurnalis Zaman Now

Posting berikutnya

E-Paper Lampung Post, Edisi Jum'at, 05 Agustus 2022

ujian awal

Ujian Awal Muenchen Pertahankan Gelar

Quartararo Siap Kembali Mengaspal

empat KK

Pesawaran Kirim Empat KK Transmigrasi ke Mamasa

pad tubaba

PAD Tubaba Naik Rp33,5 Miliar

BERITA TERBARU

  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 20 Agustus 2025 20 Agustus 2025
  • Arsenal Tekuk MU 1-0 di Old Trafford 19 Agustus 2025
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 19 Agustus 2025 19 Agustus 2025
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 18 Agustus 2025 18 Agustus 2025
  • Bayern Juara Piala Super Jerman 2025 18 Agustus 2025

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

  • kantor DPRD lampung Utara

    Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 18 Agustus 2025

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Kondisi PSM Makassar Belum Ideal Jelang Laga Kedua

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Kamis, 14 Agustus 2025

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
Facebook Twitter Youtube RSS Instagram

Tentang Kami

 

LampungpostID adalah laman berita resmi Harian Umum Lampung Post. Laman ini berada dalam naungan PT Masa Kini Mandiri, penerbit Koran Lampung Post yang menyajikan informasi berkualitas untuk melengkapi kehadiran koran edisi cetak di masyarakat.

Alamat Kami

PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno – Hatta No. 108, Hajimena, Lampung Selatan

Phone : (0721) 783-693
Fax : (0721) 783-578
Email : redaksi@lampungpost.co.id

Redaksi
Tentang Kami

Iklan & Sirkulasi

Sri Agustina : 0895-3463-91035
Ja’far Shodiq : 0812-1811-4344
Dat S Ginting 0822-6991-0113
Setiaji B. Pamungkas : 0813-6630-4630

LampungpostID © 2022

Selamat Datang kembali!

Masuk ke akun Anda di bawah ini

Password yang terlupakan?

Ambil kata sandi Anda

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • LAPORAN UTAMA
  • EKONOMI
  • KOTA
  • RUWA JURAI
  • PENDIDIKAN
  • LAMBAN PILKADA
  • RAGAM
  • DESA
  • OPINI
  • FOKUS
  • E-PAPER
  • INDEKS

LampungpostID © 2022

Open chat
1
Anda butuh bantuan ?
Admin Lampungpost.id
Halo, ada yang bisa kami bantu ?