Lampungpost.id – Director Asia Strategic Consulting Paolo Casadio mengungkapkan Indonesia bisa menghindari resesi ekonomi global karena tiga faktor. Pertama, memiliki fundamental ekonomi internal yang kuat. Kedua, kemampuan memperbaiki investasi, yang telah berperan mendukung perekonomian Indonesia usai pandemi. Ketiga, kemampuan menahan inflasi yang memungkinkan Indonesia memiliki kebijakan moneter lebih fleksibel,” kata Paolo, melalui keterangan tertulisnya, Senin, 1 Mei 2023.
Dia melanjutkan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, tampaknya mulai memasuki fase normal usai pandemi. Salah satunya berkat stimulus yang masif terhadap penerapan kebijakan publik. Di masa depan, meski laju pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak akan bergulir mulus, Indonesia dan negara-negara ASEAN lain akan terbebas dari resesi.
“Berkat fundamental ekonomi yang solid. Negara-negara ASEAN justru akan mampu melalui masa transisi besar usai pandemi dengan selamat,” ujar Paolo.
Dia juga menjelaskan setelah perjalanan panjang terkait upaya untuk menstabilkan perekonomian di masa pandemi, saat ini ekonomi dunia telah berada dalam kondisi normal. Ke depan, harapannya situasi dan kondisi kian membaik.
“Artinya, laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN sudah mulai meningkat dan nilainya juga sudah mendekati atau bahkan melampaui potensi laju pertumbuhan ekonomi. Indonesia dan Malaysia sudah mulai memasuki fase konvergensi untuk tren pertumbuhan jangka panjang,” kata Paolo.
Ia menambahkan, tren pertumbuhan PDB di Indonesia dan Malaysia yang relatif stabil sebelum pandemi mulai mengalami fluktuasi saat pandemi. Fluktuasi yang dialami Malaysia bahkan lebih kuat dibandingkan dengan Indonesia, akibat dari kebijakan penguncian total yang diberlakukan di masa pandemi.
“Namun, pada 2023, kedua negara sudah mulai mencapai proyeksi laju pertumbuhan berdasarkan konsensus IMF, yaitu di angka lima persen,” ucapnya.
Meski demikian, di masa mendatang, masih kata Paolo, kombinasi dua hal berikut bisa melemahkan laju pertumbuhan ekonomi, yaitu reaksi masyarakat terhadap kebijakan ekonomi dan perubahan struktural pada sistem keuangan internasional. Kerugian yang bisa muncul dari kedua hal tersebut adalah terjadinya krisis kredit yang berimbas pada seluruh lini pasar modal.(MEDCOM/L1)