PERDANA Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengenyampingkan solusi diplomatik untuk konflik dengan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh. Dalam pesan video di Facebook, Pashinyan mengatakan konflik Karabakh tidak akan memiliki solusi diplomatik untuk waktu yang lama.
Ia pun mendesak warga Armenia untuk menjadi sukarelawan bertempur di garis depan. “Ada kemenangan dan ada kekalahan. Tidak ada jalan tengah,” kata dia.
Menurutnya, negosiasi mengenai status Karabakh sekarang tidak ada gunanya. Ia pun menuduh Azerbaijan tidak ingin berkompromi.
Untuk diketahui, ratusan orang telah tewas dalam gejolak pertempuran di Karabakh, wilayah Azerbaijan yang sudah lama dikuasai oleh separatis Armenia.
Dalam sebuah pernyataan, Penasihat Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, Hikmet Hajiyev, mengatakan pernyataan Pashinyan menunjukkan Armenia sama sekali tidak tertarik dengan penyelesaian konflik secara damai.
Menlu Azerbaijan, Jeyhun Bayramov, dan Menlu Armenia, Zohrab Mnatsakanyan, akan bertemu dengan Menlu AS Mike Pompeo. Namun, tidak ada pertemuan trilateral yang dilakukan.
Awal bulan ini, gencatan senjata disepakati di Moskwa setelah 11 jam perundingan, tetapi kesepakatan itu berdampak kecil di lapangan. Kemudian, gencatan senjata kedua yang disepakati pada Sabtu pun gagal.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengklaim tentaranya mengendalikan situasi operasi di sepanjang garis depan. Dalam kunjungan ke markas NATO di Brussel, Presiden Armenia, Armen Sarkisian, menuduh Turki mendukung Azerbaijan secara politis, diplomatis, dan sangat militer.
Terkait itu, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, tidak menanggapi tuduhan tersebut dan malah mendesak pihak-pihak untuk menahan diri, melakukan gencatan senjata dan menurunkan ketegangan.
Vaqif Sadiqov, utusan Azerbaijan untuk PBB di Jenewa, mengatakan kepada wartawan bahwa negaranya siap untuk menghentikan pertempuran dengan syarat pasukan Armenia harus meninggalkan wilayah Azerbaijan. “Kami harus memahami dan melihat secara realistis: Kami tidak akan menunggu 30 tahun lagi hingga ini terjadi,” ujar Jens. (MI/D3)