TRIYADI ISWORO
PRESIDEN Republik Indonesia Joko Widodo masuk dalam daftar The World’s 500 Most Influential Muslims 2021 yang oleh The Muslim 500. Sedangkan yang meraih Woman of the Year adalah Bilkis Bano dari India. Kemudian, Man of The Year oleh Ilham Toti dari Tiongkok.
Dari 25 tokoh yang masuk dalam The Muslim 500, selain Presiden Jokowi, Sheikh Muhammad Taqi Usmani berada pada posisi pertama, kedua adalah Ayatollah Ali Khamenie dari Iran, dan ketiga adalah Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan, putra mahkota Abu Dhabi sekaligus Deputi Komandan Tinggi Angkatan Darat Uni Emirat Arab.
Sedangkan Raja Salman dari Arab Saudi masuk posisi keempat. Kemudian, Raja Abdullah II dari Yordania pada posisi kelima. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di posisi keenam. The Muslim 500 setiap tahun mengeluarkan daftar tokoh-tokoh muslim berpengaruh dari seluruh dunia. Tahun ini Presiden RI Joko Widodo masuk dalam daftar nomor 12 dari 25 daftar teratas tokoh muslim di seluruh dunia.
Harmoni
Pada bagian lain, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD menilai Pancasila, Islam dan hukum di Indonesia selalu berorientasi pada kehidupan yang harmoni. Jalan tengah menjadi cara utama dalam menyikapi setiap persoalan dan perbedaan yang muncul.
“Saya katakan dengan bangga bahwa Indonesia bisa tercatat sebagai laboratorium pluralisme terbaik dan terbesar di dunia. Sangat plural masyarakatnya saya bercerita Indonesia punya 1360 suku tapi bersatu harmoni,” ujarnya dalam acara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Selasa, 15 Desember 2020.
Mahfud menyampaikan hal itu saat berdiskusi dengan Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia yakni Abdul Karim Al Issa di Riyadh, Arab Saudi pada Selasa, 8 Desember 2020. Agama yang ada di Indonesia juga beragam yakni Islam, Hindu, Budha, Kristen, Protestan dan Konghucu dan sejumlah kepercayaan yang tumbuh subur.
“Agama banyak keyakinan banyak semuanya hidup harmonis. Gangguan-gangguan kecil tu pasti saja selalu muncul itu secara umum,” katanya.
Keanekaragaman
Mahfud mengatakan keanekaragaman kepercayaan yang ada menyepakati satu ideologi bernama Pancasila sebagai falsafah Indonesia. “Jadi kita punya kesepakatan bersama di mana kita akan bersama dalam perbedaan dan itulah yang melahirkan dasar ideologi negara kita Pancasila,” ujarnya.
Pancasila, kata dia, mengikat perbedaan masyarakat dan mendasari semua kebijakan pemerintah berikut dalam menegakan keadilan melalui hukum. Indonesia juga menerapkan restoratif justice yang tidak mencari menang dan kalah. Namun, khususnya dalam membangun harmoni.
“Menang kalah itu budaya kontinental tapi kita punya budaya harmoni dari budaya bahari. Di laut itu ada gelombang tapi kalau diliat dari jauh kayaknya rata saja. Penyelesaian menang dan kalah hanya akan menjadikan negara hukum menjadi bisa dijualbelikan,” pungkasnya. (MI)
triyadi@lampungpost.co.id